Terima kasih Anda sudah mengunjungi blog saya; blog ini saya buat khusus untuk Anda penggemar Pria/Om-om Gendut Indonesia. Dalam blog ini juga terdapat cerita-cerita yang berhubungan dengan Pria/Om-om Gendut. Foto yang terdapat dalam cerita, bukanlah foto asli; foto-foto tersebut hanya membantu Anda untuk berimajinasi. Dengan kerendahan-hati mohon maaf apabila mungkin foto Anda tampil dalam blog ini. Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Senin, 15 Februari 2016
DI RUMAH PAK RT - Bagian 1
“Eeh… iya nih Pak.” jawab
Pak Karyo. Pak karyo melanjuti “oh iya pak… saya baru inget. Dari kemaren saya
belum sempet ngasih formulir kartu keluarga yang diminta. Nanti saya anterin ya
pak…” kata Pak Karyo mengingatkan keterlambatannya.
“Iya Pak.. tolong
disegerakan. Biar saya bisa langsung kasih ke RW” seru Pak RT yang bernama asli
Rojak itu.
Pak Karyo pun pamit dan Pak
RT melanjutkan lagi menyapu halamannya. Pak RT sore itu memakai sarung dengan
kaos oblong warna putih. Menunjukan badannya yang gempal dan kulitnya yang
kuning langsat. Rambutnya hampir penuh uban tetapi wajahnya masih fresh,tidak
terlalu tua diumurnya yang 58. Pak Karyo sendiri,berumur 46. Ia pegawai salah
satu bank di Jakarta dan sudah mempunyai 2 anak. Pakaiannya selalu rapih,dengan
kacamata dan rambut yang klimis dan badannya tegap,ia salah salah satu
primadona ibu ibu disana (gossip yang beredar).
Sesampainya Pak Karyo
dirumah,ia disambut oleh sang istri. Dan Pak Karyo pun bergegas untuk mandi. Istrinya
mengajaknya berbicara,ia hanya menjawabnya seperlunya. kamar tidur Pak Karyo
memiliki kamar mandi sendiri. Didalam kamar,Pak Karyo langsung bertelanjang,ia
menyalakan pancuran air terlebih dahulu dan membiarkan airnya hangat. Pak Karyo
berkeliling kamar dengan bugil,kontolnya masih tidur ditutupi oleh jembut yang
tumbuh subur. Kedua kaki Pak Karyo terlihat jenjang dan kencang saat berjalan.
Ia berjongkok untuk menggapai barang dibawah kasurnya,saat itu juga pantat Pak
Karyo merekah. Menunjukan lobang pantat yang merah,bulu bulu juga menghiasi
lobang itu. Pak Karyo rasa air sudah menghangat,ia pun kembali ke kamar mandi.
ia berdiri dibawah pancuran,air hangat langsung membasahi badannya yang
berkulit coklat manis itu. Ia mengusap ngusap wajahnya,ia mengusap badannya,ia
mengusap ketiaknya,ia mengusap kontolnya,ia mengusap pahanya,ia mengusap
pantatnya,ia mengusap betisnya. Ia berikan semua kehangatan kesekujur tubuhnya.
Ia merasa sudah segar kembali tapi entah kenapa ia merasa sange tiba tiba. Ia
sentuh pelan kontolnya seraya membersihkan. Lama kelamaan kontol itupun tegang
dengan sentuhannya sendiri.
Dalam posisi menghadap ke
pancuran, Pak Karyo bermain dengan kontol dan bijinya. Ia kocok kocok
pelan..........
“Aaahhh.......Hhh....Aaaahhh..”
desahan kecil mulai terdengar.
Ia lepaskan genggaman
tangannya,ia bebaskan kontol itu. Batang kontol yang tegak berdiri,dengan
kepala kontol yang seperti jamur itu sudah ngaceng maksimal.
“Pah.. mandi kok gak bawa
handuk?” seru istri Pak Karyo yang langsung masuk kekamar mandi.
Istrinya kaget melihat suaminya
mandi dengan kontol yang ngaceng. Pak Karyo sendiri memberikan senyuman nakal.
Pak Karyo melangkah keluar, menghampiri istrinya. Handuk digenggaman istrinya
ia ambil. Pelan pelan Pak Karyo memeluk tubuh istrinya dan mengecup bibir yang
berwarna merah pucat itu. Istrinya hanya menerima pasrah perlakuan sang suami.
Tangan Pak Karyo yang awalnya memeluk sekrang sudah berganti tempat,ia remas
remas kedua tete istrinya.
“Eeeenngghhhh......Paaaahhh....”
desah sang istri.
Pak Karyo tak
memperdulikan desahan itu. Ia tetap mencium dengan semangat sang istri. Pak Karyo
turun ke leher, ini membuat istrinya semakin gelagapan. Ia mencakar cakar
punggung sang suami. Kontol Pak Karyo sendiri sudah mengeluarkan cairan bening,
menandakan dia sangat sange. Setelah leher, Pak Karyo membenamkan wajah ditete
yang kenyal itu.
“Maaaahhhh…” teriakan
suara anaknya diluar.
“Maaahhhh.....adit
pulang…” teriak anaknya lagi.
Pak Karyo dan istrinya
sontak kaget. Sang istri langsung menghentikan ciuman sang suami
“Paaahhh….....udah Paaaahhh…”
bisiknya.
Dirasa tanggung, Pak Karyo
tetap menjilat-jilat. Istrinya sedikit kesal karena Pak Karyo tak juga berhenti
menjilat,lalu ia mencubitnya.
“Aduh.....” teriak pelan Pak
Karyo dan akhirnya pun berhenti.
Dan sang istri pun
meninggalkan Pak Karyo untuk membuka pintu depan. Kini Pak Karyo sendirian
dengan kontol yang ngaceng berat. Ia mencoba menunggu sang istri,tapi tak ada
gunanya karena anak mereka sudah pulang jadi tak begitu leluasa. Ia pun kembali
mandi,ia berpikir untuk ngeloco. Rasa nikmat yang diberikan berbeda,ia pun
menghentikannya.
Saat makan malam Pak Karyo teringat tentang formulir yang ia janjikan berikan ke Pak RT tadi. Selesai makan Pak Karyo pamit ke istrinya.
“Mah… aku kerumah Pak RT
dulu ya. Nganterin formulir buat kartu kesehatan”.
Dijalan menuju ke rumah Pak
RT, Pak Sugeng menyapa Pak Karyo.
“Mau kemana Pak ?"
tanya Pak Sugeng.
Pak Karyo pun menghentikan
langkahnya.
“Ini Pak.....mau ke rumah
Pak RT ngenterin formulir” kata Pak Karyo.
“Oh… kebetulan, saya juga ingin
kerumah Pak RT, ada urusan. Ya udah kita bareng aja” seru Pak Sugeng.
Mereka pun berangkat
bersama. Sesampainya didepan rumah Pak RT, keadaan sepi.
“Permisi… Pak RT…” panggil
Pak Karyo.
Tak ada yang menjawab. Pak
Karyo kembali memanggil
“Pak RT….” sambil ia ketok
pagernya.
“Mungkin Pak RT sedang
pergi, Pak…”pikir Pak Sugeng.
![]() |
Pak Karyo |
Pak Karyo pun tak ingin menyerah,ia tetap memanggil
“Pak RT… tok tok tok”
suaranya semakin kencang.
Pak Karyo ingin memberikan
formulir ini sekarang juga,ia takut lupa lagi.
Pak RT pun ......Eengeuh.......,
seperti ada yang memanggil dari luar. Ia pun melongok dari jendela.
“Wah......Pak Karyo dan Pak
Sugeng…” ia langsung bergegas memakai sarung dan keluar kamar. “Iya, Pak.....
sebentar…” seru Pak RT dari dalam.
Pak RT pun menampakan
wajahnya.
“Maaf, Pak.......malem
malem mengganggu” seru Pak Sugeng.
“Oh ndak papa, Pak….....maaf
tadi saya ketiduran; Mari masuk, Pak…....” kata Pak RT.
Pak Karyo dan Pak Sugeng
pun masuk. Keadaan rumah sepi, Pak Karyo bertanya...........
“Ibu kemana pak.. kok ndak
kelihatan ?” tanya Pak Karyo.
“Ibu sedang nemuin anak
yang sedang kuliah diluar kota, Pak…” kata Pak RT sambil mereka pun duduk
bersama.
![]() |
Pak RT |
“Ini kopinya
bapak-bapak....…” kata Pak RT membawa nampan dengan 3 gelas kopi.
Pak RT langsung menyalakan
rokok kreteknya untuk menemani ngopi. Mereka kembali melanjutkan obrolan
tentang urusan mereka. Pak Sugeng yang sedari awal memperhatikan Pak RT, menegaskan
pandangannya. Sarung Pak RT berwarna putih, dan diselangkangannya ada bercak
cairan yang melebar. Pak RT tak menyadari kalau precumnya menetes keluar. Dalam
duduknya, Pak RT membuka lebar kakinya, tonjolan kontolnya benar ketara. Pak Sugeng
pun yakin kalau Pak RT tak pakai sempak. Pak Sugeng bukannya fokus diobrolan,
dia malah guyon soal Pak RT.
“Masih senang ngeloco, Pak
?” seru Pak Sugeng sambil senyum senyum.
Pak RT dan Pak Karyo pun
bingung mendengar itu.
“Apa Pak…?” Pak RT
menegaskan.
“Itu ngencrit…” Pak Sugeng
menunjuk selangkangan Pak RT.
Pak Sugeng memang terkenal
tukang ngebanyol,apalagi soal seks. Pak RT langsung mengecek kebenaran itu, dan
omongan Pak Karyo benar adanya.
“Gue gak sadar…” dalam
hati Pak RT berucap.
Wajah Pak RT berubah
merah, menahan malu.
“Hehehe....iya, Pak…....tadi
lagi enak enak tidur eh kepengen.” Pak RT mencoba ngeles.
“Enggak papa lah, Pak…....wajar
kita laki laki.” seru Pak Karyo dibalik diamnya.
Obrolan mereka bertiga
sudah ketebak akan berakhir kemana.
“Saya juga tadi sore
pulang kerja sange tapi yah apa boleh buat kalau harus menunggu anak tidur dulu.”
Pak Karyo terlihat santai.
“Wah......kalau saya sih
gak bisa, Pak. Kalau udah kepengen ya harus dituntasin. Kalo enggak, kepala
pusing !” Pak Sugeng protes.
Pak RT yang duduk
dihadapan mereka pun mencoba menutup mulut.
“Kalo bapak sendiri
ngeloco pakai apa ?” tanya Pak Sugeng mengambil kendali.
"Film porno,
Pak......" jawab Pak RT seadanya.
Pak Karyo sedikit tidak
percaya mendengar itu.
“Bapak suka nonton film porno
?” kata Pak Sugeng dan Pak Karyo serentak.
Pak RT tersipu malu...........
“Yah begitu, Pak......…”
pasrah kata katanya tentang aib yang sedang terbongkar.
“Memang, Bu RT ndak marah ?”
lanjut Pak Karyo.
“Yah.....saya diem diem, Pak.....kalau
ketauan bisa gawat !” kata Pak RT sambil tertawa.
“Kalo saya sih dilarang
sama istri, bisa bisa gak dikasih jatah kalo ketauan.” kata Pak Sugeng.
Pak Karyo memikirkan
tentang film porno milik Pak RT, nafsunya kembali bangkit, ia ingin menuntaskan
perkara tadi sore yang tertunda.
“Pak RT......boleh saya
lihat filmnya ?” pelan Pak Karyo bertanya.
Pak RT agak sedikit kikuk,
antara iya atau tidak. Titit Pak RT yang lemas seketika bangun, terusik oleh
film porno yang sempat ia tunda, itu menandakan “iya”. Mereka bertiga pun
berpindah ke ruang kerja Pak RT, yang agak sedikit kebelakang rumah.
“Waah…...bapak bener nonton porno !”kata Pak Sugeng seperti tak percaya melihat layar komputer yang bergambar memek tengah kemasukan kontol.
“Iya, tadi saya pause, saya
denger bapak bapak memanggil diluar !” kata Pak RT seperti protes karena
kesenangannya terganggu.
Pak Karyo mengambil bangku
lagi.
“Ayo, Pak disetel filmnya.”
terlihat Pak Karyo sudah tak sabaran.
Pak RT langsung
menungging, menggenggam mouse dan “klik” filmnya pun berjalan lagi. Pak RT dan Pak
Karyo duduk bersebelahan dan Pak Sugeng berdiri, bersandar dibangkunya Pak RT.
“Aaaaahhhh…...aaahhhh…” desah wanita jepang didalam
film.
“Wah…...mantep nih !” seru
Pak Sugeng.
Yang awalnya perempuan itu sedang di entot oleh
seseorang,tiba tiba datang 5 orang bapak bapak jepang,yang langsung menarik
sang pria dari sedotan memek sang wanita. Ke 5 orang itu langsung memukul sang
pria,dan mengikatnya di samping,mulutnya disumpel dan pria itu dibaringkan
dibelakang. Ke 5 bapak bapak itu tak menyia nyiakan wanita yang sudah bugil
itu. mereka langsung menerkam wanita itu. teriakan pun menggema. 1 orang bapak
langsung mencaplok memeknya,2 orang bapak bermain dengan tetenya,satu meneydot
bibir sang wanita,dan satu lagi menyuruh sang wanita menggenggam kontolnya. Ke
5 orang bapak bapak itu sangat rakus. Tubuh sang wanita yang putih
bening,tercetak kemerahan dibadannya,karena kasarnya perbuatan mereka. Serta
air liur mereka membasahi tubuhnya.
Sarung Pak RT sudah
membentuk tenda, ia tak menyadari kontolnya yang ngaceng. Pak Karyo sendiri,
meraba raba kontolnya. Pak Sugeng hanya tetap fokus melihat layar.
“Pak.... aku buka celana
ya ?” izin Pak Karyo yang sepertinya sudah tak memperdulikan sekitarnya.
Entah sange atau apa, Pak Karyo
dengan cepat sudah melepas celananya. Kontolnya tegak menantang, tanpa malu ia
bugil di depan orang. Pak RT hanya mengangkat sarungnya, membebaskan kontolnya
yang pendek gemuk itu ngaceng, cairan bening sudah keluar dari kontol Pak RT,
lumayan banyak. Pak Sugeng masih tetap memakai celana, entah malu atau apa. Pak
Karyo mulai mengocok ngocok kontolnya yang panjang dan besar.
“Beruntung nya mereka…...bisa
dapet daun muda.” kata Pak Karyo.
Satu dari bapak bapak itu,mulai menyodok memek sang perempuan,bapak bapak yang berdiri disekitarnya hanya tertawa melihat sang perempuan merintih.
“Lobang memeknya, mulutnya…....“ kata Pak Sugeng tak percaya.
Bapak yang sedang asyik mengentot itu menyuruh sang wanita merubah posisi. Bapak itu rebahan,ia menyuruh si perempuan menduduki kontolnya. Perempuan itu pasrah menuruti,sesaat kontol tenggelam didalam memeknya “eeennggghhh..” wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan. Tiba tiba satu orang bapak berdiri dibelakang sang perempuan,mengelus ngelus lobang pantatnya. Wanita itu merasa takut dan mencoba melarang sibapak. Tamparan dipantatnya yang semokpun didapatkannya,karena mencoba melarang. Tanpa aba aba lagi sibapak itu langsung menyodok lobang anusnya “aaaaaaaaaaaaaa….” perempuan itu teriak dengan air mata. Mereka tertawa terbahak bahak melihatnya. Sekarang ada dua kontol didalam lobang nya.
“Gila….sampe lobang pantat juga diembat !” seru Pak RT.
“Istri saya enggak pernah
mau kalau saya minta isep, katanya jijik…” kata Pak Karyo melanjuti.
“Dulu mantan istri saya
suka banget ngisep…saya kalo udah di isep dia, keluarnya cepet.” kata Pak RT.
“Saya ikutan buka celana
yah…....” kata Pak Sugeng sambil membuka celananya.
Dan sekarang Pak Sugeng
sudah bugil...........
“Saya udah gak kuat, Pak…”
kata Pak Sugeng mengocok-ngocok kontolnya.
“Udah gak nahan ya........”
ledek Pak RT sambil melirik kontol Pak Sugeng.
“Hehehe…....iya, Pak…udah
gak nahan nih.” kata Pak Sugeng.
Gak lama kemudian.........
Crot....crot....crot......Pak
Sugeng "memuntahkan"
spermanya....."Aaaaa.....aargghhh.....ghhh..."
Cukup banyak pejuh Pak
Sugeng sampai berserakan di lantai.
Pak Rojak dan Pak Karyo
masih mengocok penis mereka sambil menonton. Melihat mereka berdua masih
ngock.......yang ada sekarang lebih bikin sange daripada film, pikir Pak Sugeng,
ia sangat ingin mengocok dan menghisap kontol bapak bapak ini. Niat isengnya
pun hadir.
“Bapak-bapak, saya bantu
kocok ya, biar enak keluarnya…....” seru Pak Sugeng.
Pak Karyo dan Pak RT
menatap aneh.
![]() |
Pak Sugeng kulum penis Pak Karyo |
Dalam pikir panjang, Pak Karyo
mulai mengocok kontolnya, seperti memberi kode kepada Pak Sugeng. Pak Sugeng
pun langsung menggenggam kontol Pak Karyo tanpa risih. Pak Karyo menyandarkan
tubuhnya, menikmati kontolnya dikocok-kocok oleh Pak Sugeng. Pak Sugeng
turun,ia juga menghisap kontol pak karyo tanpa permisi.
“Heeehhh.....Pak ngapain ?”
tany Pak Karyo kaget tapi kontolnya sudah masuk kedalam hangatnya mulut Pak Sugeng,
ia pun tak jadi menolak.
Pak Sugeng menghisap
kontol Pak Karyo dengan rakusnya sedangkan tangan kanannya meloco kontol Pak RT
dengan cepatnya.
“Pak, suddaaahhh…...saya udah mau keluar.” Pak RT
langsung menepis tangan Pak Sugeng.
Pak Sugeng masih "sibuk"
mengulum batang kemaluan Pak Karyo.
Pak RT hanya memandangi
kontol Pak Karyo didalam mulutnya Pak Sugeng. Dari dekat ia bisa melihat dengan
jelas, mulut Pak Sugeng yang membuka lebar........maju.....mundur.
“Bapak enggak jijik ?”
tanya Pak RT ke Pak Sugeng.
![]() |
Pak RT (Rojak) |
“Uuuuuhhh….Aaahh.....pelan-pelan,
Pak.”kata Pak RT menahan kepala Pak Ssugeng.
“Enak ya, Pak ?” tanya Pak
Karyo polos.
Pak RT hanya tersenyum dengan
tangannya menuntun kepala Pak Sugeng.
"Oooo.....Aaaahh......enak
bangett....Pak......" desah Pak RT pelan.
Tangan Pak Sugeng tak
dibiarkan menganggur, Pak Karyo menyodorkan kontolnya dan langsung digenggam
oleh Pak Sugeng. Pak Sugeng mengocok kontolnya sendiri dengan tangan kirinya.
Secara bergantian Pak Sugeng mengoral kontol bapak bapak itu.
Lima belas menit berlalu
kemudian Pak Sugeng bangkit berdiri..............
“Gantian dong, Pak…” pinta
Pak Sugeng.
Pak RT dan Pak Karyo menunjukan
ekspresi menolak dan Pak Sugeng lagi lagi meyakinkan.
“Pelan pelan saja bapak
bapak…....." katanya.
Pak Sugeng langsung
memberikan penisnya ke Pak RT. Pelan pelan Pak Sugeng memajukan kepala
kontolnya dimulut Pak RT, ia mainkan kepala kontolnya dibibir Pak RT.
“Eeeehhhmm........eeehhhhmmm…”
suara penolakan dari Pak RT.
Pak Karyo yang sedikit
menjauh langsung ditarik oleh Pak Sugeng.
“Kocokin peler ku, Pak…” kata
Pak Sugeng ke Pak Karyo.
Pak Karyo hanya menurut
saja.
Suasana sudah dikendalikan
kembali oleh Pak Sugeng. Posisi Pak Sugeng berdiri, Pak RT duduk dibangku dan Pak
Karyo duduk dilantai, sungguh pemandangan yang menggiurkan.
“Pok....pok....pok…....“ suara
Pak RT mulai memompa penis Pak Sugeng dimulutnya.....maju....mundur.......
"Aaaahhh.......enak.....Pak.....Ooohhh......."
desah Pak Sugeng
“Ee....enak, Pak…?” tanya
Pak Karyo.
Pak RT tidak menghiraukan
ucapan Pak Karyo.
Melihat aksi Pak RT, Pak
Karyo pun mengikuti jejak Pak RT, ia mulai mengemut biji peler Pak Sugeng
secara bergantian. Walau Pak Karyo mencium aroma pesing dari selangkangan Pak Sugeng
tapi ia tetap menjilat-jilat.
Eeeeennggghhh….....Pok...pok....pok.....slurppp.....sluuurpppp......,
terdengar suara "kegaduhan" dari ketiga bapak-bapak itu.
Sekarang setengah batang
kontolnya Pak Sugeng sudah terbenam dimulut Pak RT.
“Aduh......enak Paakkk....aahhhh…”
desah Pak Sugeng.
Tiba-tiba Pak Sugeng
menarik kontolnya secara spontan dari dalam mulut Pak RT dan ia membimbing
kepala Pak RT untuk bangun dan mencium Pak RT.
“Eeeeehhhhmmm…” Pak RT
gelagapan.
Percaya tidak percaya ia
berciuman sesama lelaki. Pak Karyo langsung mengambil kontol Pak Sugeng yang
menggantung dan langsung d-emut dan dikulumnya.
“Aaahhh.... ahhhhh…aahhhh...”
desah Pak Sugeng pelan.
Precum Pak Sugeng mulai menetes
banyak sekali.
"Asin dan gurih,
Pak......cairanmu....Pok pok pok..." kata Pak Karyo sambil memompa
mulutnya.
Sambil berciuman dengan Pak
Rojak, Pak Sugeng mengentot mulut Pak Karyo. Pak Karyo mempercepat gerakan
mulutnya maju-mundur terhadap penis Pak Sugeng.
Akhirnya...........
“Aaahhh… aaahhh…aaarrgghhhh.....hhh...…”
Pak Sugeng terus terusan mengerang.
Dan..............
Croot.......crrooootttt........Pak
Sugeng ngecrot.
Peju langsung membanjiri
mulut Pak Karyo. Pak Karyo pun mengocok sendiri dengan cepat kontolnya dan taklama...........
Crrrooooootttttt........
"Eeeeehhhhmmmm......"
suara Pak Karyo dengan mulutnya masih terisi penis Pak Sugeng.
Peju muncrat daril lobang
kontolnya.
Pak Sugeng langsung
menarik kontolnya dari mulut Pak Karyo, peju yang banyak langsung meleleh
keluar. Pak Karyo langsung merebahkan diri dilantai dan Pak Sugeng duduk
disebelah Pak RT. Diantara mereka hanya Pak RT yang belom ngencrot.
“Bapak-bapak...…aku belum
keluar, gimana ini ?" melas Pak RT.
“Sabar, Pak…” kata Pak Sugeng
meyakinkan Pak RT kalau ia juga akan menikmati.
Lantas Pak RT kedapur
mengambil air. Pak Sugeng menatap Pak Karyo yang kelemasan. Ia menghampirinya.
“Pak… sedotan mu tuh enak
sekali.”kata Pak Sugeng sambil berbaring sebelah Pak Karyo.
“Ini pertama kali aku isep
kontol, Pak !” kata Pak Karyo.
Mereka berdua tertawa.
Lalu Pak Sugeng
membersihkan sisa-sisa peju dipipi dan dagu Pak Karyo. Mereka saling menatap
dan..........
Eeeehhhhmmm.........eennggghhh.....
Mereka berciuman.
Bibir mereka berdua
terpagut, lidah mereka berdua saling mengikat dan aroma peju semerbak tercium.
Mereka ciuman dengan penuh semangat, mereka berguling, Pak Karyo memeluk Pak Sugeng
dengan erat, Pak Sugeng sendiri mengusap wajah Pak Karyo, mereka berdua sedang
dibuai nafsu kedua.
Pak RT yang kembali dari
dapur kaget melihat kedua bapak itu sedang berciuman.
“Sini, Pak…” ajak Pak Sugeng
mengajak Pak RT untuk gabung.
Tapi Pak RT kembali duduk
tanpa gabung. Pak RT hanya melihat mereka berdua menyatu oleh kedua bibir
mereka menempel. Pak Sugeng semakin bernafsu melumat bibir Pak Karyo. Selang
sepuluh menit, Pak Sugeng melepas ciuman dari Pak Karyo.
“Pak, punya minyak urut ?”
tanya Pak Sugeng.
“Punya.....… kenapa ?”
tanya Pak RT.
“Ya udah tolong diambil,
Pak.” kata Pak Sugeng
Pak RT pun menuruti.
Taklama Pak RT kembali dengan sebotol minyak urut di tangannya.
“Buat apa, Pak?” tanya Pak
Rojak sambil menyodorkan botol itu ke Pak Sugeng.
Lalu Pak Sugeng bangkit
berdiri, meninggalkan Pak Karyo yang masih tiduran di lantai. Pak Sugeng
menaruh minyak itu ditangannya dan mengolesi belahan pantatnya dengan minyak
urut. Kemudian dihampirinya Pak Rojak dengan posisi jongkok dihadapan Pak RT lalu
Pak Sugeng mengolesi batang kemaluan Pak Rojak dengan minyak dan mulai
mengocoknya secara perlahan.
"Ooo....ooooo.....nikmat
sekali, Pak...." desah Pak RT sambil memejamkan matanya.
Setelah penis Pak RT
mengeras secara maksimal, Pak Sugeng bangkit berdiri dan membelakangi Pak RT;
dipegangnya penis Pak RT......Pak Sugeng menurunkan pantatnya dan mengarahkan
penis Pak RT ke lobang anusnya; Pak RT masih memejamkan mata.
Taklama...........blesss.......penis
Pak RT ambles didalam lobang anus Pak Sugeng.
"Aaaa....pa yang kamu
lakukan....??" kata Pak RT kaget.
"Tenang aja, Pak......nikmati
aja." kata Pak Sugeng sambil menggerakkan pantatnya naik turun.
Kedua tangan Pak Sugeng memegang lutut Pak RT, kondisi Pak RT duduk
melebarkan pahanya.
"Aaaaahhh.........."
desah Pak RT.
Pak Sugeng makin gencar menggoyangkan
pantatnya; Pak Rojak hanya bisa pasrah batang kemaluannya sedang dipompa sama
lobang pantat Pak Sugeng.
"Oooohhh....nikmat
sekali lobang pantatmu, gak kalah sama vagina...." puji Pak RT pelan.
![]() |
Pak Sugeng |
Pak Karyo yang sedang
terduduk dilantai hanya melihat saja aksi dari Pak Sugeng yang sedang
"ngerjain" Pak Rojak.
"Ayo, Pak....semprot
pejuhnya didalam anusku." kata Pak Sugeng yang sudah terasa penis Pak RT
berkedut-kedut dan sudah betul-betul mengeras pertanda akan mencapai klimaks.
Pak Sugeng makin mempercepat gerakan pantatnya dan.........
Pinggang Pak Sugeng
dicengkram kuat-kuat dan tubuh Pak RT mengejang.......dan........
"Aaarrgghhh......Aaaaahhh......gilaaaa
kamu, Geng...." teriak Pak RT.
Terasa cairan hangat
muncrat didalam anus Pak Sugeng, Pak Sugeng memperlambat gerakannya; terasa 2-3
kali penis Pak RT menyemprotkan spermanya didalam anus Pak Sugeng. Setelah
terasa penis Pak RT mulai melemas, Pak Sugeng mencabut penis Pak RT dari
anusnya kemudian duduk disamping Pak RT.
Uuuffhh.....ffhhh.....uuuffhhh.......terdengar
napas Pak RT yang sedikit tersengal-sengal.
"Nakal kamu, Geng.....abis
deh "senjaku" dikerjain sama kamu." kata Pak RT sambil
tersenyum.
Pak Sugeng menatap Pak RT
sambil tersenyum dengan posisi bersandar di kursi.
"Wah....kapan-kapan
aku juga pengen ngerasain nih; Enak ya....Pak ?" kata Pak Karyo.
"Enak banget.....gak
kalah sama vagina." puji Pak Rojak.
Mereka berbincang-bincang
tentang apa yang barusaja dialami. Waktu menunjukkan pukul 02.10 pagi akhirnya
Pak Karyo dan Pak Sugeng pamit pulang.
Bersambung.........
Kamis, 11 Februari 2016
CERISEX-PAK RT MESUM
![]() |
Pak Yatno |
Pak Yatno namanya, dia
merupakan ketua RT di daerah tempat diriku tinggal. Pak Yatno seringkali
berkunjung ke rumahku untuk kepentingan menagih iuran daerah dan biaya air
PDAM. Pak Yatno merupakan seorang laki-laki berumur sekitar 50 tahunan dan
telah memiliki dua orang istri. Benar kata orang bahwa Pak Yatno ini seorang
bandot tua, buktinya sewaktu di rumahku kalau diriku lewat di depannya,
seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolah-olah matanya tembus pandang
ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, diriku malah senang kalau tubuhku
dikagumi laki-laki, terkadang diriku memakai baju rumah yang sexy kalau lewat
di depannya. Diriku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok
tentangku.
Pada suatu hari diriku
sedang di rumah sendirian. Diriku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk
dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan
fitness. Diriku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa
sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah
payudaraku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk
apalagi diriku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk ‘Nike’
yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu diriku sedang melatih pahaku
dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil
handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat
dari jendela, ternyata Pak Yatno yang datang, pasti Pak Yatno mau menagih biaya
ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi. Kubukakan pagar dan
kupersilahkan Pak Yatno masuk.
“Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah.
“Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?” tanya Pak Yatno.
“Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama teman-temannya”.
Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian payudaraku yang agak terlihat itu. Diriku juga sadar kalau payudaraku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.
“Minum Pak”, tawarku lalu
diriku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang
jenjang dan putih itu makin terlihat.
Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Pak Yatno menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku.
“Dik Ratih lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya.
“Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.
Tanpa diminta lagi Pak Yatno segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan Pak Yatno melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat kontolnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.
“Mari Dik, kesinikan
kakinya biar Bapak pijat”
Diriku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Pak Yatno mulai mengurut paha hingga betisku.
Uuuhh.......pijatannya
benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih
mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit
bibir bawahku.
“Pijatan Bapak enak ya Dik?” tanyanya.
“Iya Pak, terus dong.....enak nih.....emmhh!” diriku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Yatno, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.
Pak Yatno semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.
“Enngghh.......Pak!” desahku lebih kuat lagi sewaktu kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu.
Tubuhku makin
menggelinjang sehingga nafsu Pak Yatno pun semakin naik dan tidak erbendung
lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku.
“Aawww.....!” diriku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku.
Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini Pak Yatno makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Yatno tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu.
“Kamu memang sempurna Dik Ratih, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga”, rayunya.
Pak Yatno mulai melepas
kemejanya sehingga diriku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang
berbulu itu. Lalu Pak Yatno membuka sabuk dan celananya sehingga benda
dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Diriku menatap takjub
pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat diriku sudah tidak sabar lagi
menggenggam dan mengulumnya. Pak Yatno begitu membuka pahaku lalu membenamkan
kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya.
“Hhmm.....wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik memekku.
Ooohh......hhhh....lidahnya
menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding
kemaluanku.
Lidah tebal dan kumisnya
itu terasa menggelitik bagiku, diriku benar-benar merasa geli di sana sehingga
mendesah tak tertahan sambil meremas rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke
bawah bajuku dan mulai meremas buah payudaraku, jari-jarinya yang besar bermain
dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa
makin mengeras.
“Pak....Ooohh.....saya
juga mau.....Pak!” desahku tak tahan lagi ingin mengulum kontol itu.
“Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69.
“Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69.
Diriku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana diriku mulai membuka mulut siap menelannya.
Oohh......
Batang itu begitu gemuk
dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus
membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa memasukkannya. Diriku mulai
mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Yatno
mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara diriku juga merasa geli di
bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang memekku oleh
jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir
memekku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun
memekku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut
bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum kontolnya. Selama 10
menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak
Yatno. Diriku lepaskan kontolnya dari mulutku dan menatap padanya. Pak Yatno
menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu.
Lalu...........
Pak Yatno berkata, “Ayo
Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon”.
Diriku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali kontolnya. Pak Yatno bicara di HP sambil kontolnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti diriku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke memek dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba Pak Yatno menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung diriku malahan makin hebat mengocok dan mengisap kontol itu sampai Pak Yatno susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di kontolnya juga saya jilati sampai tak bersisa.
“Nggak kok....tidak
apa-apa....cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP.
Tak lama kemudian Pak Yatno pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku.
“Wah.....Dik Ratih ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku.
“Hehehe.....sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal.
“Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya.
Lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek memekku, diriku meringis sewaktu merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Pak Yatno menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini buah dada kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung Pak Yatno lumat benda itu dengan mulutnya. Diriku menjerit kecil waktu Pak Yatno menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Pak Yatno membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Diriku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku.
Setelah Pak Yatno cabut
tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan
bening yang kukeluarkan. Pak Yatno jilati cairanku dijarinya itu, diriku juga
ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian Pak Yatno
cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini Pak Yatno mengelus-ngelus
daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa
cairan itu dibalurinya pada payudaraku.
“Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya.
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan diriku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih kontolnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.
“Enggh.......masukin aja
Pak, udah kepingin nih”
Pak Yatno membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi kontolnya untuk diarahkan ke memekku. Diriku membukakan kedua bibir memekku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas diriku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti kontol itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Yatno mendesah-desah keenakan, untung Pak Yatno tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan buah dada kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya
meremas-remas kedua payudaraku, sewaktu melumatnya terkadang kumisnya yang
kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya
bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan
payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak
teratur, Pak Yatno begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya
Pak Yatno berselingkuh seperti ini. Diriku merasa tidak dapat bertahan lebih
lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu diriku mencium bibirnya. Tubuh
kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami
menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya.
Mengetahui diriku sudah
mau keluar, Pak Yatno menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya
menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat
dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu
berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya diriku terkulai lemas dalam
pelukannya.
Pak Yatno menurunkanku
dari pangkuannya, kontolnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta.
Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu Pak Yatno sodorkan
gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, diriku merasa
sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu
mendesah dan menjerit.
Kaosku yang masih
menggantung di perut Pak Yatno lepaskan, sehingga kini diriku bugil total.
Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Yatno sudah menindih tubuhku, diriku
hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut Pak Yatno
mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di
bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Yatno
menempelkan kontolnya pada memekku, lalu mendorongnya perlahan, dan.........
Aaahh......
Mataku yang terpejam
menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu Pak Yatno menghentakkan pinggulnya
sehingga kontol itu menusuk lebih dalam. Kenikmatan ini pun berlanjut, diriku
sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Buah payudaraku saling
bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku
kulingkarkan pada pinggangnya. Diriku mendesah tak karuan sambil mengigiti
jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak
henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja
oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari
jilatannya, lalu Pak Yatno angkat lengan kananku ke atas dan Pak Yatno selipkan
kepalanya di situ.
Aahh........
Ternyata Pak Yatno sapukan
bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu
menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.
“Uuuhh.....Pak.......Aaakkhh..!”
diriku kembali mencapai orgasme.
![]() |
aku digagahi Pak Yatno |
“Bapak udah mau.....Dik..Ratih..!”
desahnya dengan mempercepat kocokkannya.
“Di luar.....Pak......diriku....Aahh.....Uuuhh.. lagi subur.” kataku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
“Di luar.....Pak......diriku....Aahh.....Uuuhh.. lagi subur.” kataku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian Pak Yatno cabut kontolnya dan menurunkan kakiku. Pak Yatno naik ke wajahku, lalu Pak Yatno tempelkan kontolnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai Pak Yatno mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, diriku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun diriku masih mengocok dan mengisap kontolnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Sofa tempat diriku
berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana.
Masih dalam keadaan bugil, diriku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain
lap dan segelas air putih. Waktu diriku kembali ke ruang tamu, Pak Yatno sedang
mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.
“Wah Dik Ratih ini benar-benar hebat ya, istri-istri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.
Setelah berpakaian lagi,
diriku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar Pak Yatno
melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa Pak Yatno menepuk
pantatku dan berpamitan.
“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik”
“Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati.
Akhirnya diriku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah diriku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, diriku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar ‘medan laga’ kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.
Rabu, 10 Februari 2016
CERITA SERIAL-KERASNYA HIDUP DI IBUKOTA (update: 17 Feb 2016)
Inilah kisah perjalanan
hidupku:
"Dek, bangun kita sudah
sampai di terminal." kata seorang pria membangunkanku.
Ternyata aku tertidur di bis.
"Oh maaf, Pak....terima
kasih ya sudah membangunkan saya." ucapku ke pria itu.
Kulihat paras pria ini
bertubuh agak tambun.
"Sebenarnya adek ini mau
kemana ?" tanya pria itu.
"Gak tau, Pak.....saya ingin
merantau di Jakarta." jawabku.
"Berarti adek gak punya sodara di
Jakarta.....?" tanya pria itu lagi.
"iii....iya, Pak....."
jawabku.
Pria itu
menatapku mungkin karna melihat sikapku yang sedikit bingung bercampur mukaku
yang kusut karna baru bangun tidur.
"Kalau
begitu kamu ikut aja ke rumah kami." kata pria itu.
Kemudian aku
pun mengambil tas-ku dan aku mengikuti pria itu keluar dari bis. Dan kami pun
berdua keluar dari bis dan berjalan kearah warung kecil yang tampak
remang-remang. Disitu tampak samar seorang pria dan seorang
pemilik warung.
"Baang
Kardi......" panggil pria yang bersamaku kepada pria yang bertubuh tegap itu.
"Ya ada
apa, Mad....." jawab pria itu.
"Ini
anak gak punya sodara di Jakarta biar malam ini tidur di rumah kita dulu
ya..." kata Bang Somad.
Ternyata
pria yang membangunkanku bernama Somad. Lalu aku menyalami pria tinggi tegap itu....
"Namaku
Adit." ucapku.
"Saya....Kardi."
balasnya sambil tersenyum.
"Boleh
saya menumpang di rumah Pak Kardi ?" tanyaku.
"Boleh
aja tapi rumah kontrakan kami jelek banget." kata Pak Kardi.
"Ah gak
apa-apa namanya juga numpang, Pak." kataku.
Kami bertiga
berbincang-bincang di warung remang itu sambil aku dipesankan indomie rebus
oleh Pak Kardi. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 11.55 pagi sekitar
setengah jam kami berbincang sambil makan; ternyata bis ku sampai di terminal Pulo
Gadung sekitar pukul 11.20.
"Bu......biasa
ya dimasukkan ke bon." kata Bang Somad kepada pemilik warung.
"Beres,
Bang....." jawab pemilik warung.
Kami pun
bertiga berjalan meninggalkan warung remang itu, tidak sampai sepuluh menit
kami berjalan; tibalah kami disebuah rumah yang kecil dan terlihat sedikit agak reyok.
Kemudian Bang Somad membuka pintu, Pak Kardi dan aku masuk ke rumah itu.....
"Silahkan
masuk.....maaf ya rumahnya kotor dan jelek." kata Pak Kardi.
"Saya
yang berterima kasih sama Bapak boleh numpang." kataku.
Rumahnya
tidak begitu kecil juga, pas masuk ada ruang tamu berukuran 3x2m terisi bangku
rotan panjang yang sudah kusuh dan terdapat dua kamar tidur yang satu berukuran
4x3m dan yang satunya sekitar 3x2,5m. Disudut kiri rumah itu ada kamar mandi. Aku
pun duduk di ruang tamu, Bang Somad langsung masuk kedalam kamarnya.
"Dek
Adit boleh menginap di rumah Bapak...." kata Pak Kardi.
Disaat aku
dan Pak Kardi berbincang, Bang Somad muncul hanya dengan mengenakan handuk di
pinggangnya.
"Bang,
saya udah kelar mandinya....." kata Bang Somad ke Pak Kardi.
Kemudian Pak
Kardi pamit kepadaku......
"Bapak
mandi dulu ya.....apakah dek Adit mau mandi juga ?" tanya Pak Kardi.
"Ya entar
aja, Pak......." jawabku.
Pak Kardi
hilang dari pandanganku, kupandang suasana dan kondisi rumah mereka, memang
terbilang agak reyok namun aku mengerti pastilah mahal sewa rumah yang lebih
bagus dan besar apalagi di kota sebesar Jakarta ini.
Terus aku
mengamati rumah ini.......
"Eh kok
bengong....." kata Bang Somad.
"Ah
engga kok, Bang." jawabku sambil tersenyum.
Bang Somad
mengenakan kaos singlet yang lusuh dan kain sarung berwarna biru tua
kotak-kotak biru muda. Dan kami pun berdua terlibat dalam perbincangan dari
yang serius sampai yang bersifat leluconan. Walaupun kondisi rumah ini boleh
dikatakan kurang layak namun suasana di rumah itu begitu hangat dan penuh
kekeluargaan.
Disela
perbincangan kami........
"Dek
Adit mandi dulu sana biar segar....." kata Pak Kardi yang baru saja
selesai mandi.
Kemudian aku
pamit.......
"Bang
Somad, saya mandi dulu ya......." kataku.
Kamar
mandinya hanya berukuran 2,5x1,5m dan kondisinya bisa ditebaklah. Setelah
selesai mandi, kami pun bertiga berbincang duduk deprok dilantai. Bang Somad
dan Pak Kardi menceritakan pengalaman merantaunya di Jakarta dan mereka juga
memberikan nasehat-nasehat kepadaku bahwa kerasnya hidup di ibukota.
Waktu
menunjukkan pukul 02.10.........
"Udah
tidur yuk....dek Adit tidur sama Bapak aja ya." kata Pak Kardi.
Aku hanya
menganggukkan kepala sambil tersenyum. Sedangkan Bang Somad langsung saja
ngeloyor masuk ke kamarnya yang berukuran 3x2,5m. Di kamar Pak Kardi terdapat
satu tempat tidur berukuran untuk dua orang dan satu lemari baju dua pintu.
"Inilah
kamar Bapak." kata Pak Kardi setiba kami berdua di dalam kamar.
Kemudian Pak
Kardi mempersilahkan aku untuk menaruh tasku didalam lemari bajunya. Pak Kardi
berumur sekitar empat puluh delapan dimana Pak Kardi seorang sopir bis dan Bang
Somad adalah keneknya.
Kami pun berdua
akhirnya tidur karna lelahnya apalagi aku yang menempuh jalan cukup jauh dari
daerah Jawa Tengah kampungku.
---BAGIAN 2---
Hujan rintik-rintik
membasahi atas genteng rumah kontrakan Pak Kardi dan Bang Somad, sudah sekitar
seminggu lebih aku tinggal bersama mereka. Aku sudah dianggap seperti anak
sendiri oleh Pak Kardi karna Pak Kardi di Jakarta juga sebatang kara. Dulu
beliau tinggal di kampung bersama istrinya, karna menderita sakit berat
akhirnya istrinya meninggal dunia. Sudah hampir sepuluh tahun Pak Kardi
merantau di ibukota. Bang Somad juga mengganggap aku seperti adik kandungnya
sendiri; Bang Somad masih memiliki ayah-ibu namun mereka tinggal di kampung.
Kubuka mataku menatap
langit-langit kamar, kulihat disebelah kiriku Pak Kardi masih tidur dengan
posisi membelakangiku. Kembali kuarahkan tatapanku ke langit-langit kamar,
namun aku mendengar suara seperti isak tangis. Kuarahkan badanku ke arah Pak
Kardi tepat dibelakang Pak Kardi.
Pelan-pelan tanganku memegang
lengan Pak Kardi yang masih tidur membelakangiku.......
"Bapak menangis
ya...?" tanyaku.
Tak lama Pak Kardi
membalikan badan kearahku. Terlihat mata Pak Kardi masih berkaca-kaca dan
hidungnya tampak merah pertanda habis menangis. Pak Kardi hanya terdiam dan
mencoba tersenyum kepadaku; kutatap wajah Pak Kardi dan aku membalasnya dengan
senyum juga. Lalu aku bangun lalu duduk bersila disamping Pak Kardi kemudian
kupegang tangan kanannya dan sedikit
menunduk kucium tangan hitam yang kasar itu. Lalu tangan kiri Pak Kardi
mengusap-usap kepalaku, terus kuciumi tangan itu. Posisi Pak Kardi terlentang
dihadapanku, kudekatkan mukaku dengan muka Pak Kardi lalu kukecup keningnya.
"Aku sayang
bapak.....aku pengen melayani bapak." kataku sambil tangan kananku
mengelus-elus daerah sensitif Pak Kardi.
Terasa tonjolan yang lunak
(yang masih tertutup kain sarung) mulai agak mengeras dan mulai kugenggam dan
kugerakkan naik-turun seperti mengocok. Pak Kardi hanya terdiam dan menggigit
bibir bawahnya.
Lalu kusibak kain sarung
yang membelit dipinggang Pak Kardi; tampak sekarang didepanku batang kemaluan
coklat tua berurat ditumbuhi beberapa rambut yang memutih. Ukurannya tidak
begitu panjang namun diameternya cukup besar.
Kukocok batang kemaluan
itu, terdengar desahan Pak Kardi........
Aaahhh....hhh......
Kudekatkan mulutku di
batang kemaluan itu dan mulai kujilat kepala penisnya; kujilat precum yang
keluar dari lubang perkencingan. Aroma cairan yang begitu khas, sambil tangan
kananku kugerakkan batang penis itu naik-turun.....dengan derasnya penis Pak Kardi
mengeluar precum.
"Jangan, Dek
Adit.....kamu tidak boleh melakukan ini." kata Pak Kardi.
Tidak kuhiraukan perkataan
Pak Kardi, malah kulahap semua penisnya hingga masuk kedalam mulutku.....naik-turun
kugerakkan kepalaku terus kulakukan gerakkan itu dan semakin kupercepat.
"Ooohhh....hhhh......Aaaaahh......Dek....Adit....."
desah Pak Kardi sambil menusap kepalaku.
Tangan kiriku mulai
menyusup kedalam kaos singlet Pak Kardi yang lusuh, kuraih puting susu-nya dan
kupilin puting susu itu bergantian kadang kuremas-remas dada Pak Kardi yang
terbilang cukup besar.
"Aahhh......enak
sekali....Dek Adit....." desah pelan Pak Kardi.
![]() |
namaku: Adit |
"Dek....Adit.....Bapak....udah
mau....keluaaa......." desah Pak Kardi desertai.....
Crot...croot....croott.....
Terasa di dalam mulutku,
penis Pak Kardi menembakkan cairan sebanyak 4-5 kali sehingga rongga mulutku
penuh dengan cairan sperma karna terbilang banyak sampai keluar melalui sela-sela
mulutku. Kucoba jilat dan telan semua sperma Pak Kardi hingga tidak ada yang
tersisa.
"Aarghhh......Ooohhh......"
teriak pelan Pak Kardi sambil tubuhnya masih mengejang dan masih menyemprotkan
mani-nya didalam mulutku.
Sangat banyak air mani
yang dikeluarkan oleh "pistol" Pak Kardi. Setelah penis itu berhenti
mengeluarkan mani, kudiamkan didalam mulutku penis itu hingga melemas.
"Terima kasih....Dek
Adit...." ucap Pak Kardi sambil mengusap-usap kepalaku yang kuletakkan
diperutnya sambil mulutku mengemut batang kemaluan Pak Kardi yang melemas.
Kemudian Pak Kardi menarik
kepalaku, direbahkannya badanku di ranjang. Dan dibersihkannya sisa cairan
sperma ya ada disekitar mulutku dengan tangannya, ditatapnya wajahku diusapnya
pipiku. Kutatap wajahnya dan kemudian kupeluk erat badan Pak Kardi, beliau pun
juga memeluk badanku dengan eratnya.
---BAGIAN 3---
Pagi hari yang cerah
kubuka jendela dikamar, kicauan burung bersahutan; kuhirup udara yang masih
berwangi dedaunan yang di basahi titik-titik embun.
"Eh.....Dek Adit
sudah bangun.".....terdengar suara dari belakangku.
Ternyata Pak Kardi yang
menyapaku sambil tersenyum; Pak Kardi hanya mengenakan kain sarung dan atasnya
telanjang dada; rambutnya terlihat basah ternyata habis mandi.
"Selamat pagi,
Pak....." sapaku sambil tersenyum.
"Selamat pagi
juga." balas Pak Kardi.
"Mau siap-siap narik
ya, Pak ?" tanyaku sambil aku berjalan dan duduk dipinggir ranjang.
"Iya.....mau
siap-siap nih...." jawab Pak Kardi sambil menyisir rambutnya menghadap
cermin kecil tepat disebelah ranjang.
Tampak pantat Pak Kardi
yang besar membuat libidoku naik.
"Pak.......eeemm......"
kataku.
"Kenapa, Dek ?"
tanya Pak Kardi sambil membalikkan badan kearahku.
![]() |
penis Pak Kardi |
"OOooohhh........"
desah Pak Kardi.
Tampak cairan bening
keluar dari lubang penisnya dan kujilat perlahan cairan itu. Sambil tangan
kananku masih mengurutnya. Setelah cairan itu bersih, kumasukkan tonjolan
daging itu ke dalam mulutku.......kugerakkan kepalaku maju-mundur dan kedua
tanganku memegang pinggang Pak Kardi dan menuntun pinggangnya bergerak seirama
dengan kepalaku.
"Aaaahhhh......hhhh.....Dek.....Adit......"
desah Pak Kardi.
Terus kupompa penis beliau
dimulutku dan mulai kupercepat. Kedua tangan Pak Kardi memegang kepalaku
mencoba membimbing kepalaku untuk memompa penisnya. Kadang ditekannya kuat-kuat
kepalaku sehingga batang kemaluan itu masuk dalam sekali sampai pangkal
tenggorokanku.......Pak Kardi melakukannya berkali-kali. Aku tahu itu rasa yang
paling enak bila di-oral sampai masuk paling dalam.
Ooo.....aaahh....oooohhhh......aahhh.....hhh.......
Pak Kardi terus mendesah
dan ceracap......."Eenak sekali.....Dek Adit.....Ooohh....nikmat
sekali......" ....sambil terus memompa penisnya di mulutku.
Tangan kiriku memilin
puting susu Pak Kardi sedangkan tangan kananku mulai mengocok penisku sendiri
yang sudah ngaceng dari tadi dan sudah terlepas dari celanaku. Hampir duapuluh
menit berjalan.......kurasakan penis Pak Kardi mulai berkedut-kedut. Kupegang
batang penis itu dan kujilat....kukulum kepala penis itu.
Dan........
"Bapak udah mau
keluar.......ooohhh....." desah Pak Kardi.
Dengan masih kugenggam
batang penis itu, kumasukkan kepala penisnya saja.......
Crrrot......crooottt.....
"Aaarrggg.......gghhh......AAaahhh.....Ooohhhhh......."
teriak Pak Kardi.
Kulahap semua pejuh Pak
Kardi. Pak Kardi masih menggerakkan pantatnya maju-mundur.
OOooo........uuuffgghh.......gggghhhh....hhh.........
Terdengar napas Pak Kardi
agak tersengal.
"Uuffgghh........Bapak puas
banget......eehh....isepan kamu enak...." puji Pak Kardi sambil napasnya
masih tersengal.
Direbahkan badanku yang
duduk dipinggir ranjang kemudian Pak Kardi berjongkok tepat di depan kedua
pahaku yang terbuka lebar dengan batang kemaluanku yang masih berdiri tegak.
Digenggamnya penisku oleh Pak Kardi, tangan yang kasar dan agak hitam itu
begitu lembut mengocok batang kemaluanku.
"Aaaaa.....aaahhhh.....Paakkkk......eemmm....."
desahku.
Pak Kardi mulai
mempercepat gerakan mengocok penisku. Birahiku mulai memuncak, kubayangkan Pak
Kardi mengulum penisku dan "menusuk" lobang anusku dengan penisnya
yang pendek-gemuk itu.
"OOooo.......ooooohhhh.......Paakkk......"
desahku kembali sambil menggigit bibir bawahku.
"Bapak ingin memuaskanmu....Dek
Adit...." kata Pak Kardi sambil tangan kirinya mengelus-elus perutku
kemudian memilin dan meremas teteku.
Libidoku memuncak,
kupejamkan mataku............OOooohhhh.....Aaaahhh.....hhh........
Tetap kumainkan
imajinasiku, tiba-tiba kurasakan hangat di penisku....kucoba melihat ternyata
Pak Kardi sedang mengulum penisku, kuremas rambut Pak Kardi .
"Ooo.....Paakkk......terus
isep.....Paakkkk....." desahku sambil kutatap Pak Kardi mengulum, mengoral
sambil mengocok batang kemaluanku.
Penisku serasa ada sesuatu
mau mendesak keluar............
"Paakkk......Adit...udah
mau....keluaaar......Oooohhh...." ucapku.
Taklama tubuhku mengejang........
Crrrooottt......crroootttt......sebanyak
3 kali penisku menembak peju didalam mulut Pak Kardi.
Ditelannya spermaku oleh
Pak Kardi..........
"Peju kamu
enak.....gurih....." kata Pak Kardi sambil menjilat kepala penisku yang
masih melelehkan peju; seperti anak kecil menjilat es krim.
"Aaarggghhh.......gghhhhh.......Oooo....."
desahku.
Pak Kardi masih saja
menjilat "es krim"ku.
"Maafkan aku,
Pak.....Adit gak bisa nahan...." kataku sambil kutatap Pak Kardi.
"Gak papa.....Bapak
suka kok....." balas Pak Kardi sambil tersenyum.
Itulah pertama kali
pengalamanku dengan lelaki seumuran ayahku.
Bersambung..............
Langganan:
Postingan (Atom)