Senin, 15 Februari 2016

DI RUMAH PAK RT - Bagian 3

NANTIKAN KISAH BERIKUTNYA !!!

DI RUMAH PAK RT - Bagian 2

NANTIKAN KISAH BERIKUTNYA !!!

DI RUMAH PAK RT - Bagian 1

“Pulang, Pak…” sapa Pak RT kepada Pak Karyo dari teras halaman.
“Eeh… iya nih Pak.” jawab Pak Karyo. Pak karyo melanjuti “oh iya pak… saya baru inget. Dari kemaren saya belum sempet ngasih formulir kartu keluarga yang diminta. Nanti saya anterin ya pak…” kata Pak Karyo mengingatkan keterlambatannya.
“Iya Pak.. tolong disegerakan. Biar saya bisa langsung kasih ke RW” seru Pak RT yang bernama asli Rojak itu.

Pak Karyo pun pamit dan Pak RT melanjutkan lagi menyapu halamannya. Pak RT sore itu memakai sarung dengan kaos oblong warna putih. Menunjukan badannya yang gempal dan kulitnya yang kuning langsat. Rambutnya hampir penuh uban tetapi wajahnya masih fresh,tidak terlalu tua diumurnya yang 58. Pak Karyo sendiri,berumur 46. Ia pegawai salah satu bank di Jakarta dan sudah mempunyai 2 anak. Pakaiannya selalu rapih,dengan kacamata dan rambut yang klimis dan badannya tegap,ia salah salah satu primadona ibu ibu disana (gossip yang beredar).

Sesampainya Pak Karyo dirumah,ia disambut oleh sang istri. Dan Pak Karyo pun bergegas untuk mandi. Istrinya mengajaknya berbicara,ia hanya menjawabnya seperlunya. kamar tidur Pak Karyo memiliki kamar mandi sendiri. Didalam kamar,Pak Karyo langsung bertelanjang,ia menyalakan pancuran air terlebih dahulu dan membiarkan airnya hangat. Pak Karyo berkeliling kamar dengan bugil,kontolnya masih tidur ditutupi oleh jembut yang tumbuh subur. Kedua kaki Pak Karyo terlihat jenjang dan kencang saat berjalan. Ia berjongkok untuk menggapai barang dibawah kasurnya,saat itu juga pantat Pak Karyo merekah. Menunjukan lobang pantat yang merah,bulu bulu juga menghiasi lobang itu. Pak Karyo rasa air sudah menghangat,ia pun kembali ke kamar mandi. ia berdiri dibawah pancuran,air hangat langsung membasahi badannya yang berkulit coklat manis itu. Ia mengusap ngusap wajahnya,ia mengusap badannya,ia mengusap ketiaknya,ia mengusap kontolnya,ia mengusap pahanya,ia mengusap pantatnya,ia mengusap betisnya. Ia berikan semua kehangatan kesekujur tubuhnya. Ia merasa sudah segar kembali tapi entah kenapa ia merasa sange tiba tiba. Ia sentuh pelan kontolnya seraya membersihkan. Lama kelamaan kontol itupun tegang dengan sentuhannya sendiri.

Dalam posisi menghadap ke pancuran, Pak Karyo bermain dengan kontol dan bijinya. Ia kocok kocok pelan..........

“Aaahhh.......Hhh....Aaaahhh..” desahan kecil mulai terdengar.

Ia lepaskan genggaman tangannya,ia bebaskan kontol itu. Batang kontol yang tegak berdiri,dengan kepala kontol yang seperti jamur itu sudah ngaceng maksimal.

“Pah.. mandi kok gak bawa handuk?” seru istri Pak Karyo yang langsung masuk kekamar mandi.

Istrinya kaget melihat suaminya mandi dengan kontol yang ngaceng. Pak Karyo sendiri memberikan senyuman nakal. Pak Karyo melangkah keluar, menghampiri istrinya. Handuk digenggaman istrinya ia ambil. Pelan pelan Pak Karyo memeluk tubuh istrinya dan mengecup bibir yang berwarna merah pucat itu. Istrinya hanya menerima pasrah perlakuan sang suami. Tangan Pak Karyo yang awalnya memeluk sekrang sudah berganti tempat,ia remas remas kedua tete istrinya.

“Eeeenngghhhh......Paaaahhh....” desah sang istri.

Pak Karyo tak memperdulikan desahan itu. Ia tetap mencium dengan semangat sang istri. Pak Karyo turun ke leher, ini membuat istrinya semakin gelagapan. Ia mencakar cakar punggung sang suami. Kontol Pak Karyo sendiri sudah mengeluarkan cairan bening, menandakan dia sangat sange. Setelah leher, Pak Karyo membenamkan wajah ditete yang kenyal itu.

“Maaaahhhh…” teriakan suara anaknya diluar.
“Maaahhhh.....adit pulang…” teriak anaknya lagi.

Pak Karyo dan istrinya sontak kaget. Sang istri langsung menghentikan ciuman sang suami

“Paaahhh….....udah Paaaahhh…” bisiknya.

Dirasa tanggung, Pak Karyo tetap menjilat-jilat. Istrinya sedikit kesal karena Pak Karyo tak juga berhenti menjilat,lalu ia mencubitnya.

“Aduh.....” teriak pelan Pak Karyo dan akhirnya pun berhenti.

Dan sang istri pun meninggalkan Pak Karyo untuk membuka pintu depan. Kini Pak Karyo sendirian dengan kontol yang ngaceng berat. Ia mencoba menunggu sang istri,tapi tak ada gunanya karena anak mereka sudah pulang jadi tak begitu leluasa. Ia pun kembali mandi,ia berpikir untuk ngeloco. Rasa nikmat yang diberikan berbeda,ia pun menghentikannya.

Saat makan malam Pak Karyo teringat tentang formulir yang ia janjikan berikan ke Pak RT tadi. Selesai makan Pak Karyo pamit ke istrinya.

“Mah… aku kerumah Pak RT dulu ya. Nganterin formulir buat kartu kesehatan”.

Dijalan menuju ke rumah Pak RT, Pak Sugeng menyapa Pak Karyo.

“Mau kemana Pak ?" tanya Pak Sugeng.

Pak Karyo pun menghentikan langkahnya.

“Ini Pak.....mau ke rumah Pak RT ngenterin formulir” kata Pak Karyo.
“Oh… kebetulan, saya juga ingin kerumah Pak RT, ada urusan. Ya udah kita bareng aja” seru Pak Sugeng.

Mereka pun berangkat bersama. Sesampainya didepan rumah Pak RT, keadaan sepi.

“Permisi… Pak RT…” panggil Pak Karyo.

Tak ada yang menjawab. Pak Karyo kembali memanggil

“Pak RT….” sambil ia ketok pagernya.
“Mungkin Pak RT sedang pergi, Pak…”pikir Pak Sugeng.

Pak Karyo
Pak RT ada didalam, ia seorang diri,karena istrinya sedang keluar kota menjenguk sang anak yang tengah kuliah disana. dan Pak RT sedang asyik menonton film porno dari komputernya memakai headset, karena itu ia tidak mendengar panggilan Pak Karyo.
Pak Karyo pun tak ingin menyerah,ia tetap memanggil

“Pak RT… tok tok tok” suaranya semakin kencang.

Pak Karyo ingin memberikan formulir ini sekarang juga,ia takut lupa lagi.

Pak RT pun ......Eengeuh......., seperti ada yang memanggil dari luar. Ia pun melongok dari jendela.

“Wah......Pak Karyo dan Pak Sugeng…” ia langsung bergegas memakai sarung dan keluar kamar. “Iya, Pak..... sebentar…” seru Pak RT dari dalam.

Pak RT pun menampakan wajahnya.

“Maaf, Pak.......malem malem mengganggu” seru Pak Sugeng.
“Oh ndak papa, Pak….....maaf tadi saya ketiduran; Mari masuk, Pak…....” kata Pak RT.

Pak Karyo dan Pak Sugeng pun masuk. Keadaan rumah sepi, Pak Karyo bertanya...........

“Ibu kemana pak.. kok ndak kelihatan ?” tanya Pak Karyo.
“Ibu sedang nemuin anak yang sedang kuliah diluar kota, Pak…” kata Pak RT sambil mereka pun duduk bersama.

Pak RT
Pak Karyo dan Pak Sugeng langsung memberikan keperluan mereka. Pak RT terlebih dahulu menawarkan minum. Pak RT bangkit dari duduknya, didalam sarung itu ia tidak memakai sempak. Jadi pantatnya yang besar terlihat mulus. Pak Sugeng memperhatikan itu. Pak Karyo menawarkan rokok kepada Pak Sugeng. Pak Karyo dan Pak Sugeng sendiri rumahnya berdekatan dan anak mereka pun bersekolah di sekolah yang sama,jadi mereka sudah cukup akrab untuk ngobrol.

“Ini kopinya bapak-bapak....…” kata Pak RT membawa nampan dengan 3 gelas kopi.

Pak RT langsung menyalakan rokok kreteknya untuk menemani ngopi. Mereka kembali melanjutkan obrolan tentang urusan mereka. Pak Sugeng yang sedari awal memperhatikan Pak RT, menegaskan pandangannya. Sarung Pak RT berwarna putih, dan diselangkangannya ada bercak cairan yang melebar. Pak RT tak menyadari kalau precumnya menetes keluar. Dalam duduknya, Pak RT membuka lebar kakinya, tonjolan kontolnya benar ketara. Pak Sugeng pun yakin kalau Pak RT tak pakai sempak. Pak Sugeng bukannya fokus diobrolan, dia malah guyon soal Pak RT.

“Masih senang ngeloco, Pak ?” seru Pak Sugeng sambil senyum senyum.

Pak RT dan Pak Karyo pun bingung mendengar itu.

“Apa Pak…?” Pak RT menegaskan.
“Itu ngencrit…” Pak Sugeng menunjuk selangkangan Pak RT.

Pak Sugeng memang terkenal tukang ngebanyol,apalagi soal seks. Pak RT langsung mengecek kebenaran itu, dan omongan Pak Karyo benar adanya.

“Gue gak sadar…” dalam hati Pak RT berucap.

Wajah Pak RT berubah merah, menahan malu.

“Hehehe....iya, Pak…....tadi lagi enak enak tidur eh kepengen.” Pak RT mencoba ngeles.
“Enggak papa lah, Pak…....wajar kita laki laki.” seru Pak Karyo dibalik diamnya.

Obrolan mereka bertiga sudah ketebak akan berakhir kemana.

“Saya juga tadi sore pulang kerja sange tapi yah apa boleh buat kalau harus menunggu anak tidur dulu.” Pak Karyo terlihat santai.
“Wah......kalau saya sih gak bisa, Pak. Kalau udah kepengen ya harus dituntasin. Kalo enggak, kepala pusing !” Pak Sugeng protes.

Pak RT yang duduk dihadapan mereka pun mencoba menutup mulut.

“Kalo bapak sendiri ngeloco pakai apa ?” tanya Pak Sugeng mengambil kendali.
"Film porno, Pak......" jawab Pak RT seadanya.

Pak Karyo sedikit tidak percaya mendengar itu.

“Bapak suka nonton film porno ?” kata Pak Sugeng dan Pak Karyo serentak.

Pak RT tersipu malu...........

“Yah begitu, Pak......…” pasrah kata katanya tentang aib yang sedang terbongkar.
“Memang, Bu RT ndak marah ?” lanjut Pak Karyo.
“Yah.....saya diem diem, Pak.....kalau ketauan bisa gawat !” kata Pak RT sambil tertawa.
“Kalo saya sih dilarang sama istri, bisa bisa gak dikasih jatah kalo ketauan.” kata Pak Sugeng.

Pak Karyo memikirkan tentang film porno milik Pak RT, nafsunya kembali bangkit, ia ingin menuntaskan perkara tadi sore yang tertunda.

“Pak RT......boleh saya lihat filmnya ?” pelan Pak Karyo bertanya.

Pak RT agak sedikit kikuk, antara iya atau tidak. Titit Pak RT yang lemas seketika bangun, terusik oleh film porno yang sempat ia tunda, itu menandakan “iya”. Mereka bertiga pun berpindah ke ruang kerja Pak RT, yang agak sedikit kebelakang rumah.

“Waah…...bapak bener nonton porno !”kata Pak Sugeng seperti tak percaya melihat layar komputer yang bergambar memek tengah kemasukan kontol.
“Iya, tadi saya pause, saya denger bapak bapak memanggil diluar !” kata Pak RT seperti protes karena kesenangannya terganggu.

Pak Karyo mengambil bangku lagi.

“Ayo, Pak disetel filmnya.” terlihat Pak Karyo sudah tak sabaran.

Pak RT langsung menungging, menggenggam mouse dan “klik” filmnya pun berjalan lagi. Pak RT dan Pak Karyo duduk bersebelahan dan Pak Sugeng berdiri, bersandar dibangkunya Pak RT.

“Aaaaahhhh…...aaahhhh…” desah wanita jepang didalam film.

“Wah…...mantep nih !” seru Pak Sugeng.

Yang awalnya perempuan itu sedang di entot oleh seseorang,tiba tiba datang 5 orang bapak bapak jepang,yang langsung menarik sang pria dari sedotan memek sang wanita. Ke 5 orang itu langsung memukul sang pria,dan mengikatnya di samping,mulutnya disumpel dan pria itu dibaringkan dibelakang. Ke 5 bapak bapak itu tak menyia nyiakan wanita yang sudah bugil itu. mereka langsung menerkam wanita itu. teriakan pun menggema. 1 orang bapak langsung mencaplok memeknya,2 orang bapak bermain dengan tetenya,satu meneydot bibir sang wanita,dan satu lagi menyuruh sang wanita menggenggam kontolnya. Ke 5 orang bapak bapak itu sangat rakus. Tubuh sang wanita yang putih bening,tercetak kemerahan dibadannya,karena kasarnya perbuatan mereka. Serta air liur mereka membasahi tubuhnya.

Sarung Pak RT sudah membentuk tenda, ia tak menyadari kontolnya yang ngaceng. Pak Karyo sendiri, meraba raba kontolnya. Pak Sugeng hanya tetap fokus melihat layar.

“Pak.... aku buka celana ya ?” izin Pak Karyo yang sepertinya sudah tak memperdulikan sekitarnya.

Entah sange atau apa, Pak Karyo dengan cepat sudah melepas celananya. Kontolnya tegak menantang, tanpa malu ia bugil di depan orang. Pak RT hanya mengangkat sarungnya, membebaskan kontolnya yang pendek gemuk itu ngaceng, cairan bening sudah keluar dari kontol Pak RT, lumayan banyak. Pak Sugeng masih tetap memakai celana, entah malu atau apa. Pak Karyo mulai mengocok ngocok kontolnya yang panjang dan besar.

“Beruntung nya mereka…...bisa dapet daun muda.” kata Pak Karyo.

Satu dari bapak bapak itu,mulai menyodok memek sang perempuan,bapak bapak yang berdiri disekitarnya hanya tertawa melihat sang perempuan merintih.

“Lobang memeknya, mulutnya…....“ kata Pak Sugeng tak percaya.

Bapak yang sedang asyik mengentot itu menyuruh sang wanita merubah posisi. Bapak itu rebahan,ia menyuruh si perempuan menduduki kontolnya. Perempuan itu pasrah menuruti,sesaat kontol tenggelam didalam memeknya “eeennggghhh..” wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan. Tiba tiba satu orang bapak berdiri dibelakang sang perempuan,mengelus ngelus lobang pantatnya. Wanita itu merasa takut dan mencoba melarang sibapak. Tamparan dipantatnya yang semokpun didapatkannya,karena mencoba melarang. Tanpa aba aba lagi sibapak itu langsung menyodok lobang anusnya “aaaaaaaaaaaaaa….” perempuan itu teriak dengan air mata. Mereka tertawa terbahak bahak melihatnya. Sekarang ada dua kontol didalam lobang nya.

“Gila….sampe lobang pantat juga diembat !” seru Pak RT.
“Istri saya enggak pernah mau kalau saya minta isep, katanya jijik…” kata Pak Karyo melanjuti.
“Dulu mantan istri saya suka banget ngisep…saya kalo udah di isep dia, keluarnya cepet.” kata Pak RT.
“Saya ikutan buka celana yah…....” kata Pak Sugeng sambil membuka celananya.

Dan sekarang Pak Sugeng sudah bugil...........

“Saya udah gak kuat, Pak…” kata Pak Sugeng mengocok-ngocok kontolnya.
“Udah gak nahan ya........” ledek Pak RT sambil melirik kontol Pak Sugeng.
“Hehehe…....iya, Pak…udah gak nahan nih.” kata Pak Sugeng.

Gak lama kemudian.........

Crot....crot....crot......Pak Sugeng "memuntahkan" spermanya....."Aaaaa.....aargghhh.....ghhh..."

Cukup banyak pejuh Pak Sugeng sampai berserakan di lantai.

Pak Rojak dan Pak Karyo masih mengocok penis mereka sambil menonton. Melihat mereka berdua masih ngock.......yang ada sekarang lebih bikin sange daripada film, pikir Pak Sugeng, ia sangat ingin mengocok dan menghisap kontol bapak bapak ini. Niat isengnya pun hadir.

“Bapak-bapak, saya bantu kocok ya, biar enak keluarnya…....” seru Pak Sugeng.

Pak Karyo dan Pak RT menatap aneh.

Pak Sugeng kulum penis Pak Karyo
“Saya sih dulu waktu dikampung sering ngeloco bareng dengan teman teman. Memang bapak bapak gak pernah ?” kata Pak Sugeng menyakinkan dan mengesankan mereka.

Dalam pikir panjang, Pak Karyo mulai mengocok kontolnya, seperti memberi kode kepada Pak Sugeng. Pak Sugeng pun langsung menggenggam kontol Pak Karyo tanpa risih. Pak Karyo menyandarkan tubuhnya, menikmati kontolnya dikocok-kocok oleh Pak Sugeng. Pak Sugeng turun,ia juga menghisap kontol pak karyo tanpa permisi.

“Heeehhh.....Pak ngapain ?” tany Pak Karyo kaget tapi kontolnya sudah masuk kedalam hangatnya mulut Pak Sugeng, ia pun tak jadi menolak.

Pak Sugeng menghisap kontol Pak Karyo dengan rakusnya sedangkan tangan kanannya meloco kontol Pak RT dengan cepatnya.

“Pak,  suddaaahhh…...saya udah mau keluar.” Pak RT langsung menepis tangan Pak Sugeng.

Pak Sugeng masih "sibuk" mengulum batang kemaluan Pak Karyo.

Pak RT hanya memandangi kontol Pak Karyo didalam mulutnya Pak Sugeng. Dari dekat ia bisa melihat dengan jelas, mulut Pak Sugeng yang membuka lebar........maju.....mundur.

“Bapak enggak jijik ?” tanya Pak RT ke Pak Sugeng.

Pak RT (Rojak)
Pak Sugeng hanya menggelengkan kepalanya. Pak RT memperhatikan wajah Pak Karyo yang ke enakan. Pak RT serasa iri, ingin menikmati sedotan dan kuluman Pak Sugeng juga. Ia lantas menyodorkan kontolnya ke Pak Sugeng. Pak Sugeng langsung melepaskan penis Pak Karyo dari mulutnya dan langsung melahap penis Pak Rojak.

“Uuuuuhhh….Aaahh.....pelan-pelan, Pak.”kata Pak RT menahan kepala Pak Ssugeng.
“Enak ya, Pak ?” tanya Pak Karyo polos.

Pak RT hanya tersenyum dengan tangannya menuntun kepala Pak Sugeng.

"Oooo.....Aaaahh......enak bangett....Pak......" desah Pak RT pelan.

Tangan Pak Sugeng tak dibiarkan menganggur, Pak Karyo menyodorkan kontolnya dan langsung digenggam oleh Pak Sugeng. Pak Sugeng mengocok kontolnya sendiri dengan tangan kirinya. Secara bergantian Pak Sugeng mengoral kontol bapak bapak itu.

Lima belas menit berlalu kemudian Pak Sugeng bangkit berdiri..............

“Gantian dong, Pak…” pinta Pak Sugeng.

Pak RT dan Pak Karyo menunjukan ekspresi menolak dan Pak Sugeng lagi lagi meyakinkan.

“Pelan pelan saja bapak bapak…....." katanya.

Pak Sugeng langsung memberikan penisnya ke Pak RT. Pelan pelan Pak Sugeng memajukan kepala kontolnya dimulut Pak RT, ia mainkan kepala kontolnya dibibir Pak RT.

“Eeeehhhmm........eeehhhhmmm…” suara penolakan dari Pak RT.

Pak Karyo yang sedikit menjauh langsung ditarik oleh Pak Sugeng.

“Kocokin peler ku, Pak…” kata Pak Sugeng ke Pak Karyo.

Pak Karyo hanya menurut saja.

Suasana sudah dikendalikan kembali oleh Pak Sugeng. Posisi Pak Sugeng berdiri, Pak RT duduk dibangku dan Pak Karyo duduk dilantai, sungguh pemandangan yang menggiurkan.

“Pok....pok....pok…....“ suara Pak RT mulai memompa penis Pak Sugeng dimulutnya.....maju....mundur.......

"Aaaahhh.......enak.....Pak.....Ooohhh......." desah Pak Sugeng

“Ee....enak, Pak…?” tanya Pak Karyo.

Pak RT tidak menghiraukan ucapan Pak Karyo.

Melihat aksi Pak RT, Pak Karyo pun mengikuti jejak Pak RT, ia mulai mengemut biji peler Pak Sugeng secara bergantian. Walau Pak Karyo mencium aroma pesing dari selangkangan Pak Sugeng tapi ia tetap menjilat-jilat.

Eeeeennggghhh….....Pok...pok....pok.....slurppp.....sluuurpppp......, terdengar suara "kegaduhan" dari ketiga bapak-bapak itu.

Sekarang setengah batang kontolnya Pak Sugeng sudah terbenam dimulut Pak RT.

“Aduh......enak Paakkk....aahhhh…” desah Pak Sugeng.

Tiba-tiba Pak Sugeng menarik kontolnya secara spontan dari dalam mulut Pak RT dan ia membimbing kepala Pak RT untuk bangun dan mencium Pak RT.

“Eeeeehhhhmmm…” Pak RT gelagapan.

Percaya tidak percaya ia berciuman sesama lelaki. Pak Karyo langsung mengambil kontol Pak Sugeng yang menggantung dan langsung d-emut dan dikulumnya.

“Aaahhh.... ahhhhh…aahhhh...” desah Pak Sugeng pelan.

Precum Pak Sugeng mulai menetes banyak sekali.

"Asin dan gurih, Pak......cairanmu....Pok pok pok..." kata Pak Karyo sambil memompa mulutnya.

Sambil berciuman dengan Pak Rojak, Pak Sugeng mengentot mulut Pak Karyo. Pak Karyo mempercepat gerakan mulutnya maju-mundur terhadap penis Pak Sugeng.

Akhirnya...........

“Aaahhh… aaahhh…aaarrgghhhh.....hhh...…” Pak Sugeng terus terusan mengerang.

Dan..............

Croot.......crrooootttt........Pak Sugeng ngecrot.

Peju langsung membanjiri mulut Pak Karyo. Pak Karyo pun mengocok sendiri dengan cepat kontolnya dan taklama...........

Crrrooooootttttt........

"Eeeeehhhhmmmm......" suara Pak Karyo dengan mulutnya masih terisi penis Pak Sugeng.

Peju muncrat daril lobang kontolnya.

Pak Sugeng langsung menarik kontolnya dari mulut Pak Karyo, peju yang banyak langsung meleleh keluar. Pak Karyo langsung merebahkan diri dilantai dan Pak Sugeng duduk disebelah Pak RT. Diantara mereka hanya Pak RT yang belom ngencrot.

“Bapak-bapak...…aku belum keluar, gimana ini ?" melas Pak RT.
“Sabar, Pak…” kata Pak Sugeng meyakinkan Pak RT kalau ia juga akan menikmati.

Lantas Pak RT kedapur mengambil air. Pak Sugeng menatap Pak Karyo yang kelemasan. Ia menghampirinya.

“Pak… sedotan mu tuh enak sekali.”kata Pak Sugeng sambil berbaring sebelah Pak Karyo.
“Ini pertama kali aku isep kontol, Pak !” kata Pak Karyo.

Mereka berdua tertawa.

Lalu Pak Sugeng membersihkan sisa-sisa peju dipipi dan dagu Pak Karyo. Mereka saling menatap dan..........

Eeeehhhhmmm.........eennggghhh.....

Mereka berciuman.

Bibir mereka berdua terpagut, lidah mereka berdua saling mengikat dan aroma peju semerbak tercium. Mereka ciuman dengan penuh semangat, mereka berguling, Pak Karyo memeluk Pak Sugeng dengan erat, Pak Sugeng sendiri mengusap wajah Pak Karyo, mereka berdua sedang dibuai nafsu kedua.
Pak RT yang kembali dari dapur kaget melihat kedua bapak itu sedang berciuman.

“Sini, Pak…” ajak Pak Sugeng mengajak Pak RT untuk gabung.

Tapi Pak RT kembali duduk tanpa gabung. Pak RT hanya melihat mereka berdua menyatu oleh kedua bibir mereka menempel. Pak Sugeng semakin bernafsu melumat bibir Pak Karyo. Selang sepuluh menit, Pak Sugeng melepas ciuman dari Pak Karyo.

“Pak, punya minyak urut ?” tanya Pak Sugeng.
“Punya.....… kenapa ?” tanya Pak RT.
“Ya udah tolong diambil, Pak.” kata Pak Sugeng

Pak RT pun menuruti. Taklama Pak RT kembali dengan sebotol minyak urut di tangannya.

“Buat apa, Pak?” tanya Pak Rojak sambil menyodorkan botol itu ke Pak Sugeng.

Lalu Pak Sugeng bangkit berdiri, meninggalkan Pak Karyo yang masih tiduran di lantai. Pak Sugeng menaruh minyak itu ditangannya dan mengolesi belahan pantatnya dengan minyak urut. Kemudian dihampirinya Pak Rojak dengan posisi jongkok dihadapan Pak RT lalu Pak Sugeng mengolesi batang kemaluan Pak Rojak dengan minyak dan mulai mengocoknya secara perlahan.

"Ooo....ooooo.....nikmat sekali, Pak...." desah Pak RT sambil memejamkan matanya.

Setelah penis Pak RT mengeras secara maksimal, Pak Sugeng bangkit berdiri dan membelakangi Pak RT; dipegangnya penis Pak RT......Pak Sugeng menurunkan pantatnya dan mengarahkan penis Pak RT ke lobang anusnya; Pak RT masih memejamkan mata.

Taklama...........blesss.......penis Pak RT ambles didalam lobang anus Pak Sugeng.

"Aaaa....pa yang kamu lakukan....??" kata Pak RT kaget.
"Tenang aja, Pak......nikmati aja." kata Pak Sugeng sambil menggerakkan pantatnya naik turun.

Kedua tangan Pak Sugeng  memegang lutut Pak RT, kondisi Pak RT duduk melebarkan pahanya.

"Aaaaahhh.........." desah Pak RT.

Pak Sugeng makin gencar menggoyangkan pantatnya; Pak Rojak hanya bisa pasrah batang kemaluannya sedang dipompa sama lobang pantat Pak Sugeng.

"Oooohhh....nikmat sekali lobang pantatmu, gak kalah sama vagina...." puji Pak RT pelan.

Pak Sugeng
Tanpa sadar kedua Pak RT memegang pinggang Pak Sugeng mengikuti irama gerakan pantat Pak Sugeng....naik....turun....naik....turun dst.
Pak Karyo yang sedang terduduk dilantai hanya melihat saja aksi dari Pak Sugeng yang sedang "ngerjain" Pak Rojak.

"Ayo, Pak....semprot pejuhnya didalam anusku." kata Pak Sugeng yang sudah terasa penis Pak RT berkedut-kedut dan sudah betul-betul mengeras pertanda akan mencapai klimaks. Pak Sugeng makin mempercepat gerakan pantatnya dan.........

Pinggang Pak Sugeng dicengkram kuat-kuat dan tubuh Pak RT mengejang.......dan........

"Aaarrgghhh......Aaaaahhh......gilaaaa kamu, Geng...." teriak Pak RT.

Terasa cairan hangat muncrat didalam anus Pak Sugeng, Pak Sugeng memperlambat gerakannya; terasa 2-3 kali penis Pak RT menyemprotkan spermanya didalam anus Pak Sugeng. Setelah terasa penis Pak RT mulai melemas, Pak Sugeng mencabut penis Pak RT dari anusnya kemudian duduk disamping Pak RT.

Uuuffhh.....ffhhh.....uuuffhhh.......terdengar napas Pak RT yang sedikit tersengal-sengal.

"Nakal kamu, Geng.....abis deh "senjaku" dikerjain sama kamu." kata Pak RT sambil tersenyum.

Pak Sugeng menatap Pak RT sambil tersenyum dengan posisi bersandar di kursi.

"Wah....kapan-kapan aku juga pengen ngerasain nih; Enak ya....Pak ?" kata Pak Karyo.
"Enak banget.....gak kalah sama vagina." puji Pak Rojak.
Mereka berbincang-bincang tentang apa yang barusaja dialami. Waktu menunjukkan pukul 02.10 pagi akhirnya Pak Karyo dan Pak Sugeng pamit pulang.


Bersambung.........

Kamis, 11 Februari 2016

CERISEX-PAK RT MESUM

Pak Yatno
Pak Yatno namanya, dia merupakan ketua RT di daerah tempat diriku tinggal. Pak Yatno seringkali berkunjung ke rumahku untuk kepentingan menagih iuran daerah dan biaya air PDAM. Pak Yatno merupakan seorang laki-laki berumur sekitar 50 tahunan dan telah memiliki dua orang istri. Benar kata orang bahwa Pak Yatno ini seorang bandot tua, buktinya sewaktu di rumahku kalau diriku lewat di depannya, seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, diriku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang diriku memakai baju rumah yang sexy kalau lewat di depannya. Diriku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku.

Pada suatu hari diriku sedang di rumah sendirian. Diriku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Diriku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah payudaraku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi diriku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk ‘Nike’ yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu diriku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Yatno yang datang, pasti Pak Yatno mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi. Kubukakan pagar dan kupersilahkan Pak Yatno masuk.

“Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah.
“Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?” tanya Pak Yatno.
“Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama teman-temannya”.

Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian payudaraku yang agak terlihat itu. Diriku juga sadar kalau payudaraku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.

“Minum Pak”, tawarku lalu diriku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat.

Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Pak Yatno menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku.

“Dik Ratih lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya.
“Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.

Tanpa diminta lagi Pak Yatno segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan Pak Yatno melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat kontolnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.

“Mari Dik, kesinikan kakinya biar Bapak pijat”

Diriku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Pak Yatno mulai mengurut paha hingga betisku.

Uuuhh.......pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.

“Pijatan Bapak enak ya Dik?” tanyanya.
“Iya Pak, terus dong.....enak nih.....emmhh!” diriku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Yatno, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.

Pak Yatno semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.

“Enngghh.......Pak!” desahku lebih kuat lagi sewaktu kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu.

Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Yatno pun semakin naik dan tidak erbendung lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku.

“Aawww.....!” diriku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku.

Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini Pak Yatno makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Yatno tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu.

“Kamu memang sempurna Dik Ratih, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga”, rayunya.

Pak Yatno mulai melepas kemejanya sehingga diriku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu Pak Yatno membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Diriku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat diriku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Yatno begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya.

“Hhmm.....wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.

Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik memekku.

Ooohh......hhhh....lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku.

Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, diriku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremas rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah payudaraku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.

“Pak....Ooohh.....saya juga mau.....Pak!” desahku tak tahan lagi ingin mengulum kontol itu.
“Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69.

Diriku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana diriku mulai membuka mulut siap menelannya.

Oohh......

Batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa memasukkannya. Diriku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Yatno mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara diriku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang memekku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir memekku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun memekku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum kontolnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Yatno. Diriku lepaskan kontolnya dari mulutku dan menatap padanya. Pak Yatno menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu.

Lalu...........

Pak Yatno berkata, “Ayo Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon”.

Diriku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali kontolnya. Pak Yatno bicara di HP sambil kontolnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti diriku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke memek dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba Pak Yatno menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung diriku malahan makin hebat mengocok dan mengisap kontol itu sampai Pak Yatno susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di kontolnya juga saya jilati sampai tak bersisa.

“Nggak kok....tidak apa-apa....cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP.

Tak lama kemudian Pak Yatno pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku.

“Wah.....Dik Ratih ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku.
“Hehehe.....sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal.
“Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya.

Lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek memekku, diriku meringis sewaktu merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Pak Yatno menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini buah dada kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung Pak Yatno lumat benda itu dengan mulutnya. Diriku menjerit kecil waktu Pak Yatno menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Pak Yatno membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Diriku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku.
Setelah Pak Yatno cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Pak Yatno jilati cairanku dijarinya itu, diriku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian Pak Yatno cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini Pak Yatno mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku.

“Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya.

Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan diriku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih kontolnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.

“Enggh.......masukin aja Pak, udah kepingin nih”

Pak Yatno membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi kontolnya untuk diarahkan ke memekku. Diriku membukakan kedua bibir memekku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas diriku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti kontol itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Yatno mendesah-desah keenakan, untung Pak Yatno tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan buah dada kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, sewaktu melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, Pak Yatno begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya Pak Yatno berselingkuh seperti ini. Diriku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu diriku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya.

Mengetahui diriku sudah mau keluar, Pak Yatno menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya diriku terkulai lemas dalam pelukannya.
Pak Yatno menurunkanku dari pangkuannya, kontolnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu Pak Yatno sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, diriku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit.

Kaosku yang masih menggantung di perut Pak Yatno lepaskan, sehingga kini diriku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Yatno sudah menindih tubuhku, diriku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut Pak Yatno mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Yatno menempelkan kontolnya pada memekku, lalu mendorongnya perlahan, dan.........

Aaahh......

Mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu Pak Yatno menghentakkan pinggulnya sehingga kontol itu menusuk lebih dalam. Kenikmatan ini pun berlanjut, diriku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Buah payudaraku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Diriku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu Pak Yatno angkat lengan kananku ke atas dan Pak Yatno selipkan kepalanya di situ.

Aahh........

Ternyata Pak Yatno sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.

“Uuuhh.....Pak.......Aaakkhh..!” diriku kembali mencapai orgasme.

aku digagahi Pak Yatno
Vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda Pak Yatno akan segera keluar, Pak Yatno terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali Pak Yatno menghujamkan kontolnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas kontolnya, Pak Yatno bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat Pak Yatno meneruskan mengocok kemaluanku, diriku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, diriku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air.

“Bapak udah mau.....Dik..Ratih..!” desahnya dengan mempercepat kocokkannya.
“Di luar.....Pak......diriku....Aahh.....Uuuhh.. lagi subur.” kataku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.

Tak lama kemudian Pak Yatno cabut kontolnya dan menurunkan kakiku. Pak Yatno naik ke wajahku, lalu Pak Yatno tempelkan kontolnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai Pak Yatno mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, diriku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun diriku masih mengocok dan mengisap kontolnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.

Sofa tempat diriku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, diriku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu diriku kembali ke ruang tamu, Pak Yatno sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.

“Wah Dik Ratih ini benar-benar hebat ya, istri-istri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.

Setelah berpakaian lagi, diriku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar Pak Yatno melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa Pak Yatno menepuk pantatku dan berpamitan.

“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik”
“Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati.

Akhirnya diriku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah diriku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, diriku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar ‘medan laga’ kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.


sumber: internet

Rabu, 10 Februari 2016

CERITA SERIAL-KERASNYA HIDUP DI IBUKOTA (update: 17 Feb 2016)


Inilah kisah perjalanan hidupku:
"Dek, bangun kita sudah sampai di terminal." kata seorang pria membangunkanku.
Ternyata aku tertidur di bis.
"Oh maaf, Pak....terima kasih ya sudah membangunkan saya." ucapku ke pria itu.
Kulihat paras pria ini bertubuh agak tambun.
"Sebenarnya adek ini mau kemana ?" tanya pria itu.
"Gak tau, Pak.....saya ingin merantau di Jakarta." jawabku.
"Berarti adek gak punya sodara di Jakarta.....?" tanya pria itu lagi.

"iii....iya, Pak....." jawabku.

Pria itu menatapku mungkin karna melihat sikapku yang sedikit bingung bercampur mukaku yang kusut karna baru bangun tidur.

"Kalau begitu kamu ikut aja ke rumah kami." kata pria itu.

Kemudian aku pun mengambil tas-ku dan aku mengikuti pria itu keluar dari bis. Dan kami pun berdua keluar dari bis dan berjalan kearah warung kecil yang tampak remang-remang. Disitu tampak samar seorang pria dan seorang pemilik warung.

"Baang Kardi......" panggil pria yang bersamaku kepada pria yang bertubuh tegap itu.
"Ya ada apa, Mad....." jawab pria itu.
"Ini anak gak punya sodara di Jakarta biar malam ini tidur di rumah kita dulu ya..." kata Bang Somad.

Ternyata pria yang membangunkanku bernama Somad. Lalu aku menyalami pria tinggi tegap itu....

"Namaku Adit." ucapku.
"Saya....Kardi." balasnya sambil tersenyum.
"Boleh saya menumpang di rumah Pak Kardi ?" tanyaku.
"Boleh aja tapi rumah kontrakan kami jelek banget." kata Pak Kardi.
"Ah gak apa-apa namanya juga numpang, Pak." kataku.

Kami bertiga berbincang-bincang di warung remang itu sambil aku dipesankan indomie rebus oleh Pak Kardi. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 11.55 pagi sekitar setengah jam kami berbincang sambil makan; ternyata bis ku sampai di terminal Pulo Gadung  sekitar pukul 11.20.

"Bu......biasa ya dimasukkan ke bon." kata Bang Somad kepada pemilik warung.
"Beres, Bang....." jawab pemilik warung.

Kami pun bertiga berjalan meninggalkan warung remang itu, tidak sampai sepuluh menit kami berjalan; tibalah kami disebuah rumah yang  kecil dan terlihat sedikit agak reyok. Kemudian Bang Somad membuka pintu, Pak Kardi dan aku masuk ke rumah itu.....

"Silahkan masuk.....maaf ya rumahnya kotor dan jelek." kata Pak Kardi.
"Saya yang berterima kasih sama Bapak boleh numpang." kataku.

Rumahnya tidak begitu kecil juga, pas masuk ada ruang tamu berukuran 3x2m terisi bangku rotan panjang yang sudah kusuh dan terdapat dua kamar tidur yang satu berukuran 4x3m dan yang satunya sekitar 3x2,5m. Disudut kiri rumah itu ada kamar mandi. Aku pun duduk di ruang tamu, Bang Somad langsung masuk kedalam kamarnya.

"Dek Adit boleh menginap di rumah Bapak...." kata Pak Kardi.

Disaat aku dan Pak Kardi berbincang, Bang Somad muncul hanya dengan mengenakan handuk di pinggangnya.

"Bang, saya udah kelar mandinya....." kata Bang Somad ke Pak Kardi.

Kemudian Pak Kardi pamit kepadaku......

"Bapak mandi dulu ya.....apakah dek Adit mau mandi juga ?" tanya Pak Kardi.
"Ya entar aja, Pak......." jawabku.

Pak Kardi hilang dari pandanganku, kupandang suasana dan kondisi rumah mereka, memang terbilang agak reyok namun aku mengerti pastilah mahal sewa rumah yang lebih bagus dan besar apalagi di kota sebesar Jakarta ini.

Terus aku mengamati rumah ini.......

"Eh kok bengong....." kata Bang Somad.
"Ah engga kok, Bang." jawabku sambil tersenyum.

Bang Somad mengenakan kaos singlet yang lusuh dan kain sarung berwarna biru tua kotak-kotak biru muda. Dan kami pun berdua terlibat dalam perbincangan dari yang serius sampai yang bersifat leluconan. Walaupun kondisi rumah ini boleh dikatakan kurang layak namun suasana di rumah itu begitu hangat dan penuh kekeluargaan.

Disela perbincangan kami........

"Dek Adit mandi dulu sana biar segar....." kata Pak Kardi yang baru saja selesai mandi.

Kemudian aku pamit.......

"Bang Somad, saya mandi dulu ya......." kataku.

Kamar mandinya hanya berukuran 2,5x1,5m dan kondisinya bisa ditebaklah. Setelah selesai mandi, kami pun bertiga berbincang duduk deprok dilantai. Bang Somad dan Pak Kardi menceritakan pengalaman merantaunya di Jakarta dan mereka juga memberikan nasehat-nasehat kepadaku bahwa kerasnya hidup di ibukota.

Waktu menunjukkan pukul 02.10.........

"Udah tidur yuk....dek Adit tidur sama Bapak aja ya." kata Pak Kardi.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Sedangkan Bang Somad langsung saja ngeloyor masuk ke kamarnya yang berukuran 3x2,5m. Di kamar Pak Kardi terdapat satu tempat tidur berukuran untuk dua orang dan satu lemari baju dua pintu.

"Inilah kamar Bapak." kata Pak Kardi setiba kami berdua di dalam kamar.

Kemudian Pak Kardi mempersilahkan aku untuk menaruh tasku didalam lemari bajunya. Pak Kardi berumur sekitar empat puluh delapan dimana Pak Kardi seorang sopir bis dan Bang Somad adalah keneknya.
Kami pun berdua akhirnya tidur karna lelahnya apalagi aku yang menempuh jalan cukup jauh dari daerah Jawa Tengah kampungku.

---BAGIAN 2---

Hujan rintik-rintik membasahi atas genteng rumah kontrakan Pak Kardi dan Bang Somad, sudah sekitar seminggu lebih aku tinggal bersama mereka. Aku sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Pak Kardi karna Pak Kardi di Jakarta juga sebatang kara. Dulu beliau tinggal di kampung bersama istrinya, karna menderita sakit berat akhirnya istrinya meninggal dunia. Sudah hampir sepuluh tahun Pak Kardi merantau di ibukota. Bang Somad juga mengganggap aku seperti adik kandungnya sendiri; Bang Somad masih memiliki ayah-ibu namun mereka tinggal di kampung.

Kubuka mataku menatap langit-langit kamar, kulihat disebelah kiriku Pak Kardi masih tidur dengan posisi membelakangiku. Kembali kuarahkan tatapanku ke langit-langit kamar, namun aku mendengar suara seperti isak tangis. Kuarahkan badanku ke arah Pak Kardi tepat dibelakang Pak Kardi.

Pelan-pelan tanganku memegang lengan Pak Kardi yang masih tidur membelakangiku.......

"Bapak menangis ya...?" tanyaku.

Isak tangis itu berhenti.......dan aku hanya bisa terdiam.
Pak Kardi

Tak lama Pak Kardi membalikan badan kearahku. Terlihat mata Pak Kardi masih berkaca-kaca dan hidungnya tampak merah pertanda habis menangis. Pak Kardi hanya terdiam dan mencoba tersenyum kepadaku; kutatap wajah Pak Kardi dan aku membalasnya dengan senyum juga. Lalu aku bangun lalu duduk bersila disamping Pak Kardi kemudian kupegang tangan kanannya dan sedikit  menunduk kucium tangan hitam yang kasar itu. Lalu tangan kiri Pak Kardi mengusap-usap kepalaku, terus kuciumi tangan itu. Posisi Pak Kardi terlentang dihadapanku, kudekatkan mukaku dengan muka Pak Kardi lalu kukecup keningnya.

"Aku sayang bapak.....aku pengen melayani bapak." kataku sambil tangan kananku mengelus-elus daerah sensitif Pak Kardi.

Terasa tonjolan yang lunak (yang masih tertutup kain sarung) mulai agak mengeras dan mulai kugenggam dan kugerakkan naik-turun seperti mengocok. Pak Kardi hanya terdiam dan menggigit bibir bawahnya.

Lalu kusibak kain sarung yang membelit dipinggang Pak Kardi; tampak sekarang didepanku batang kemaluan coklat tua berurat ditumbuhi beberapa rambut yang memutih. Ukurannya tidak begitu panjang namun diameternya cukup besar.

Kukocok batang kemaluan itu, terdengar desahan Pak Kardi........

Aaahhh....hhh......

Kudekatkan mulutku di batang kemaluan itu dan mulai kujilat kepala penisnya; kujilat precum yang keluar dari lubang perkencingan. Aroma cairan yang begitu khas, sambil tangan kananku kugerakkan batang penis itu naik-turun.....dengan derasnya penis Pak Kardi mengeluar precum.

"Jangan, Dek Adit.....kamu tidak boleh melakukan ini." kata Pak Kardi.
Tidak kuhiraukan perkataan Pak Kardi, malah kulahap semua penisnya hingga masuk kedalam mulutku.....naik-turun kugerakkan kepalaku terus kulakukan gerakkan itu dan semakin kupercepat.

"Ooohhh....hhhh......Aaaaahh......Dek....Adit....." desah Pak Kardi sambil menusap kepalaku.

Tangan kiriku mulai menyusup kedalam kaos singlet Pak Kardi yang lusuh, kuraih puting susu-nya dan kupilin puting susu itu bergantian kadang kuremas-remas dada Pak Kardi yang terbilang cukup besar.

"Aahhh......enak sekali....Dek Adit....." desah pelan Pak Kardi.

namaku: Adit
Terasa di dalam mulutku batang kemaluan itu berkedut-kedut, precum yang dikeluarkan cukup banyak terasa asin dan gurih. Sebenarnya sejak pertama kali aku melihat Pak Kardi, aku begitu tertarik padanya. Terus kulakukan "kewajibanku" terhadap Pak Kardi, kadang buah zakarnya kujilat hingga basah dengan liurku baik zakar yang kiri maupun zakar yang kanan; sesekali kucoba masukkan salah satu buah zakar itu kedalam mulutku secara bergantian. Setelah puas dengan buah zakar kembali "kulahap" kepala, batang hingga seluruh penis itu masuk semua kedalam mulutku.....begitu bergantian. Cukup lama aku memanjakan penis Pak Kardi dengan permainan lidahku yang liar.

"Dek....Adit.....Bapak....udah mau....keluaaa......." desah Pak Kardi desertai.....

Crot...croot....croott.....

Terasa di dalam mulutku, penis Pak Kardi menembakkan cairan sebanyak 4-5 kali sehingga rongga mulutku penuh dengan cairan sperma karna terbilang banyak sampai keluar melalui sela-sela mulutku. Kucoba jilat dan telan semua sperma Pak Kardi hingga tidak ada yang tersisa.

"Aarghhh......Ooohhh......" teriak pelan Pak Kardi sambil tubuhnya masih mengejang dan masih menyemprotkan mani-nya didalam mulutku.

Sangat banyak air mani yang dikeluarkan oleh "pistol" Pak Kardi. Setelah penis itu berhenti mengeluarkan mani, kudiamkan didalam mulutku penis itu hingga melemas.


"Terima kasih....Dek Adit...." ucap Pak Kardi sambil mengusap-usap kepalaku yang kuletakkan diperutnya sambil mulutku mengemut batang kemaluan Pak Kardi yang melemas.

Kemudian Pak Kardi menarik kepalaku, direbahkannya badanku di ranjang. Dan dibersihkannya sisa cairan sperma ya ada disekitar mulutku dengan tangannya, ditatapnya wajahku diusapnya pipiku. Kutatap wajahnya dan kemudian kupeluk erat badan Pak Kardi, beliau pun juga memeluk badanku dengan eratnya.


---BAGIAN 3---

Pagi hari yang cerah kubuka jendela dikamar, kicauan burung bersahutan; kuhirup udara yang masih berwangi dedaunan yang di basahi titik-titik embun.

"Eh.....Dek Adit sudah bangun.".....terdengar suara dari belakangku.

Ternyata Pak Kardi yang menyapaku sambil tersenyum; Pak Kardi hanya mengenakan kain sarung dan atasnya telanjang dada; rambutnya terlihat basah ternyata habis mandi.

"Selamat pagi, Pak....." sapaku sambil tersenyum.
"Selamat pagi juga." balas Pak Kardi.
"Mau siap-siap narik ya, Pak ?" tanyaku sambil aku berjalan dan duduk dipinggir ranjang.
"Iya.....mau siap-siap nih...." jawab Pak Kardi sambil menyisir rambutnya menghadap cermin kecil tepat disebelah ranjang.

Tampak pantat Pak Kardi yang besar membuat libidoku naik.

"Pak.......eeemm......" kataku.
"Kenapa, Dek ?" tanya Pak Kardi sambil membalikkan badan kearahku.

penis Pak Kardi
Kuusap perut Pak Kardi......tepat didepanku daerah sensitif Pak Kardi, dengan perlahan kulepas kain sarung nya. Kulihat wajah Pak Kardi, beliau hanya menutup matanya. Mulai kupegang batang kemaluannya....pelan-pelan ku-urut seperti mengocok lama kelamaan batang kemaluan itu mulai mengeras.

"OOooohhh........" desah Pak Kardi.

Tampak cairan bening keluar dari lubang penisnya dan kujilat perlahan cairan itu. Sambil tangan kananku masih mengurutnya. Setelah cairan itu bersih, kumasukkan tonjolan daging itu ke dalam mulutku.......kugerakkan kepalaku maju-mundur dan kedua tanganku memegang pinggang Pak Kardi dan menuntun pinggangnya bergerak seirama dengan kepalaku.

"Aaaahhhh......hhhh.....Dek.....Adit......" desah Pak Kardi.

Terus kupompa penis beliau dimulutku dan mulai kupercepat. Kedua tangan Pak Kardi memegang kepalaku mencoba membimbing kepalaku untuk memompa penisnya. Kadang ditekannya kuat-kuat kepalaku sehingga batang kemaluan itu masuk dalam sekali sampai pangkal tenggorokanku.......Pak Kardi melakukannya berkali-kali. Aku tahu itu rasa yang paling enak bila di-oral sampai masuk paling dalam.

Ooo.....aaahh....oooohhhh......aahhh.....hhh.......

Pak Kardi terus mendesah dan ceracap......."Eenak sekali.....Dek Adit.....Ooohh....nikmat sekali......" ....sambil terus memompa penisnya di mulutku.
Tangan kiriku memilin puting susu Pak Kardi sedangkan tangan kananku mulai mengocok penisku sendiri yang sudah ngaceng dari tadi dan sudah terlepas dari celanaku. Hampir duapuluh menit berjalan.......kurasakan penis Pak Kardi mulai berkedut-kedut. Kupegang batang penis itu dan kujilat....kukulum kepala penis itu.

Dan........

"Bapak udah mau keluar.......ooohhh....." desah Pak Kardi.

Dengan masih kugenggam batang penis itu, kumasukkan kepala penisnya saja.......

Crrrot......crooottt.....

"Aaarrggg.......gghhh......AAaahhh.....Ooohhhhh......." teriak Pak Kardi.

Kulahap semua pejuh Pak Kardi. Pak Kardi masih menggerakkan pantatnya maju-mundur.

OOooo........uuuffgghh.......gggghhhh....hhh.........

Terdengar napas Pak Kardi agak tersengal.

 "Uuffgghh........Bapak puas banget......eehh....isepan kamu enak...." puji Pak Kardi sambil napasnya masih tersengal.

Direbahkan badanku yang duduk dipinggir ranjang kemudian Pak Kardi berjongkok tepat di depan kedua pahaku yang terbuka lebar dengan batang kemaluanku yang masih berdiri tegak. Digenggamnya penisku oleh Pak Kardi, tangan yang kasar dan agak hitam itu begitu lembut mengocok batang kemaluanku.

"Aaaaa.....aaahhhh.....Paakkkk......eemmm....." desahku.

Pak Kardi mulai mempercepat gerakan mengocok penisku. Birahiku mulai memuncak, kubayangkan Pak Kardi mengulum penisku dan "menusuk" lobang anusku dengan penisnya yang pendek-gemuk itu.

"OOooo.......ooooohhhh.......Paakkk......" desahku kembali sambil menggigit bibir bawahku.
"Bapak ingin memuaskanmu....Dek Adit...." kata Pak Kardi sambil tangan kirinya mengelus-elus perutku kemudian memilin dan meremas teteku.

Libidoku memuncak, kupejamkan mataku............OOooohhhh.....Aaaahhh.....hhh........

Tetap kumainkan imajinasiku, tiba-tiba kurasakan hangat di penisku....kucoba melihat ternyata Pak Kardi sedang mengulum penisku, kuremas rambut Pak Kardi .

"Ooo.....Paakkk......terus isep.....Paakkkk....." desahku sambil kutatap Pak Kardi mengulum, mengoral sambil mengocok batang kemaluanku.

Penisku serasa ada sesuatu mau mendesak keluar............

"Paakkk......Adit...udah mau....keluaaar......Oooohhh...." ucapku.

Taklama tubuhku mengejang........

Crrrooottt......crroootttt......sebanyak 3 kali penisku menembak peju didalam mulut Pak Kardi.

Ditelannya spermaku oleh Pak Kardi..........

"Peju kamu enak.....gurih....." kata Pak Kardi sambil menjilat kepala penisku yang masih melelehkan peju; seperti anak kecil menjilat es krim.

"Aaarggghhh.......gghhhhh.......Oooo....." desahku.

Pak Kardi masih saja menjilat "es krim"ku.

"Maafkan aku, Pak.....Adit gak bisa nahan...." kataku sambil kutatap Pak Kardi.
"Gak papa.....Bapak suka kok....." balas Pak Kardi sambil tersenyum.

Itulah pertama kali pengalamanku dengan lelaki seumuran ayahku.


Bersambung..............