Inilah kisah perjalanan
hidupku:
"Dek, bangun kita sudah
sampai di terminal." kata seorang pria membangunkanku.
Ternyata aku tertidur di bis.
"Oh maaf, Pak....terima
kasih ya sudah membangunkan saya." ucapku ke pria itu.
Kulihat paras pria ini
bertubuh agak tambun.
"Sebenarnya adek ini mau
kemana ?" tanya pria itu.
"Gak tau, Pak.....saya ingin
merantau di Jakarta." jawabku.
"Berarti adek gak punya sodara di
Jakarta.....?" tanya pria itu lagi.
"iii....iya, Pak....."
jawabku.
Pria itu
menatapku mungkin karna melihat sikapku yang sedikit bingung bercampur mukaku
yang kusut karna baru bangun tidur.
"Kalau
begitu kamu ikut aja ke rumah kami." kata pria itu.
Kemudian aku
pun mengambil tas-ku dan aku mengikuti pria itu keluar dari bis. Dan kami pun
berdua keluar dari bis dan berjalan kearah warung kecil yang tampak
remang-remang. Disitu tampak samar seorang pria dan seorang
pemilik warung.
"Baang
Kardi......" panggil pria yang bersamaku kepada pria yang bertubuh tegap itu.
"Ya ada
apa, Mad....." jawab pria itu.
"Ini
anak gak punya sodara di Jakarta biar malam ini tidur di rumah kita dulu
ya..." kata Bang Somad.
Ternyata
pria yang membangunkanku bernama Somad. Lalu aku menyalami pria tinggi tegap itu....
"Namaku
Adit." ucapku.
"Saya....Kardi."
balasnya sambil tersenyum.
"Boleh
saya menumpang di rumah Pak Kardi ?" tanyaku.
"Boleh
aja tapi rumah kontrakan kami jelek banget." kata Pak Kardi.
"Ah gak
apa-apa namanya juga numpang, Pak." kataku.
Kami bertiga
berbincang-bincang di warung remang itu sambil aku dipesankan indomie rebus
oleh Pak Kardi. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 11.55 pagi sekitar
setengah jam kami berbincang sambil makan; ternyata bis ku sampai di terminal Pulo
Gadung sekitar pukul 11.20.
"Bu......biasa
ya dimasukkan ke bon." kata Bang Somad kepada pemilik warung.
"Beres,
Bang....." jawab pemilik warung.
Kami pun
bertiga berjalan meninggalkan warung remang itu, tidak sampai sepuluh menit
kami berjalan; tibalah kami disebuah rumah yang kecil dan terlihat sedikit agak reyok.
Kemudian Bang Somad membuka pintu, Pak Kardi dan aku masuk ke rumah itu.....
"Silahkan
masuk.....maaf ya rumahnya kotor dan jelek." kata Pak Kardi.
"Saya
yang berterima kasih sama Bapak boleh numpang." kataku.
Rumahnya
tidak begitu kecil juga, pas masuk ada ruang tamu berukuran 3x2m terisi bangku
rotan panjang yang sudah kusuh dan terdapat dua kamar tidur yang satu berukuran
4x3m dan yang satunya sekitar 3x2,5m. Disudut kiri rumah itu ada kamar mandi. Aku
pun duduk di ruang tamu, Bang Somad langsung masuk kedalam kamarnya.
"Dek
Adit boleh menginap di rumah Bapak...." kata Pak Kardi.
Disaat aku
dan Pak Kardi berbincang, Bang Somad muncul hanya dengan mengenakan handuk di
pinggangnya.
"Bang,
saya udah kelar mandinya....." kata Bang Somad ke Pak Kardi.
Kemudian Pak
Kardi pamit kepadaku......
"Bapak
mandi dulu ya.....apakah dek Adit mau mandi juga ?" tanya Pak Kardi.
"Ya entar
aja, Pak......." jawabku.
Pak Kardi
hilang dari pandanganku, kupandang suasana dan kondisi rumah mereka, memang
terbilang agak reyok namun aku mengerti pastilah mahal sewa rumah yang lebih
bagus dan besar apalagi di kota sebesar Jakarta ini.
Terus aku
mengamati rumah ini.......
"Eh kok
bengong....." kata Bang Somad.
"Ah
engga kok, Bang." jawabku sambil tersenyum.
Bang Somad
mengenakan kaos singlet yang lusuh dan kain sarung berwarna biru tua
kotak-kotak biru muda. Dan kami pun berdua terlibat dalam perbincangan dari
yang serius sampai yang bersifat leluconan. Walaupun kondisi rumah ini boleh
dikatakan kurang layak namun suasana di rumah itu begitu hangat dan penuh
kekeluargaan.
Disela
perbincangan kami........
"Dek
Adit mandi dulu sana biar segar....." kata Pak Kardi yang baru saja
selesai mandi.
Kemudian aku
pamit.......
"Bang
Somad, saya mandi dulu ya......." kataku.
Kamar
mandinya hanya berukuran 2,5x1,5m dan kondisinya bisa ditebaklah. Setelah
selesai mandi, kami pun bertiga berbincang duduk deprok dilantai. Bang Somad
dan Pak Kardi menceritakan pengalaman merantaunya di Jakarta dan mereka juga
memberikan nasehat-nasehat kepadaku bahwa kerasnya hidup di ibukota.
Waktu
menunjukkan pukul 02.10.........
"Udah
tidur yuk....dek Adit tidur sama Bapak aja ya." kata Pak Kardi.
Aku hanya
menganggukkan kepala sambil tersenyum. Sedangkan Bang Somad langsung saja
ngeloyor masuk ke kamarnya yang berukuran 3x2,5m. Di kamar Pak Kardi terdapat
satu tempat tidur berukuran untuk dua orang dan satu lemari baju dua pintu.
"Inilah
kamar Bapak." kata Pak Kardi setiba kami berdua di dalam kamar.
Kemudian Pak
Kardi mempersilahkan aku untuk menaruh tasku didalam lemari bajunya. Pak Kardi
berumur sekitar empat puluh delapan dimana Pak Kardi seorang sopir bis dan Bang
Somad adalah keneknya.
Kami pun berdua
akhirnya tidur karna lelahnya apalagi aku yang menempuh jalan cukup jauh dari
daerah Jawa Tengah kampungku.
---BAGIAN 2---
Hujan rintik-rintik
membasahi atas genteng rumah kontrakan Pak Kardi dan Bang Somad, sudah sekitar
seminggu lebih aku tinggal bersama mereka. Aku sudah dianggap seperti anak
sendiri oleh Pak Kardi karna Pak Kardi di Jakarta juga sebatang kara. Dulu
beliau tinggal di kampung bersama istrinya, karna menderita sakit berat
akhirnya istrinya meninggal dunia. Sudah hampir sepuluh tahun Pak Kardi
merantau di ibukota. Bang Somad juga mengganggap aku seperti adik kandungnya
sendiri; Bang Somad masih memiliki ayah-ibu namun mereka tinggal di kampung.
Kubuka mataku menatap
langit-langit kamar, kulihat disebelah kiriku Pak Kardi masih tidur dengan
posisi membelakangiku. Kembali kuarahkan tatapanku ke langit-langit kamar,
namun aku mendengar suara seperti isak tangis. Kuarahkan badanku ke arah Pak
Kardi tepat dibelakang Pak Kardi.
Pelan-pelan tanganku memegang
lengan Pak Kardi yang masih tidur membelakangiku.......
"Bapak menangis
ya...?" tanyaku.
Tak lama Pak Kardi
membalikan badan kearahku. Terlihat mata Pak Kardi masih berkaca-kaca dan
hidungnya tampak merah pertanda habis menangis. Pak Kardi hanya terdiam dan
mencoba tersenyum kepadaku; kutatap wajah Pak Kardi dan aku membalasnya dengan
senyum juga. Lalu aku bangun lalu duduk bersila disamping Pak Kardi kemudian
kupegang tangan kanannya dan sedikit
menunduk kucium tangan hitam yang kasar itu. Lalu tangan kiri Pak Kardi
mengusap-usap kepalaku, terus kuciumi tangan itu. Posisi Pak Kardi terlentang
dihadapanku, kudekatkan mukaku dengan muka Pak Kardi lalu kukecup keningnya.
"Aku sayang
bapak.....aku pengen melayani bapak." kataku sambil tangan kananku
mengelus-elus daerah sensitif Pak Kardi.
Terasa tonjolan yang lunak
(yang masih tertutup kain sarung) mulai agak mengeras dan mulai kugenggam dan
kugerakkan naik-turun seperti mengocok. Pak Kardi hanya terdiam dan menggigit
bibir bawahnya.
Lalu kusibak kain sarung
yang membelit dipinggang Pak Kardi; tampak sekarang didepanku batang kemaluan
coklat tua berurat ditumbuhi beberapa rambut yang memutih. Ukurannya tidak
begitu panjang namun diameternya cukup besar.
Kukocok batang kemaluan
itu, terdengar desahan Pak Kardi........
Aaahhh....hhh......
Kudekatkan mulutku di
batang kemaluan itu dan mulai kujilat kepala penisnya; kujilat precum yang
keluar dari lubang perkencingan. Aroma cairan yang begitu khas, sambil tangan
kananku kugerakkan batang penis itu naik-turun.....dengan derasnya penis Pak Kardi
mengeluar precum.
"Jangan, Dek
Adit.....kamu tidak boleh melakukan ini." kata Pak Kardi.
Tidak kuhiraukan perkataan
Pak Kardi, malah kulahap semua penisnya hingga masuk kedalam mulutku.....naik-turun
kugerakkan kepalaku terus kulakukan gerakkan itu dan semakin kupercepat.
"Ooohhh....hhhh......Aaaaahh......Dek....Adit....."
desah Pak Kardi sambil menusap kepalaku.
Tangan kiriku mulai
menyusup kedalam kaos singlet Pak Kardi yang lusuh, kuraih puting susu-nya dan
kupilin puting susu itu bergantian kadang kuremas-remas dada Pak Kardi yang
terbilang cukup besar.
"Aahhh......enak
sekali....Dek Adit....." desah pelan Pak Kardi.
![]() |
namaku: Adit |
"Dek....Adit.....Bapak....udah
mau....keluaaa......." desah Pak Kardi desertai.....
Crot...croot....croott.....
Terasa di dalam mulutku,
penis Pak Kardi menembakkan cairan sebanyak 4-5 kali sehingga rongga mulutku
penuh dengan cairan sperma karna terbilang banyak sampai keluar melalui sela-sela
mulutku. Kucoba jilat dan telan semua sperma Pak Kardi hingga tidak ada yang
tersisa.
"Aarghhh......Ooohhh......"
teriak pelan Pak Kardi sambil tubuhnya masih mengejang dan masih menyemprotkan
mani-nya didalam mulutku.
Sangat banyak air mani
yang dikeluarkan oleh "pistol" Pak Kardi. Setelah penis itu berhenti
mengeluarkan mani, kudiamkan didalam mulutku penis itu hingga melemas.
"Terima kasih....Dek
Adit...." ucap Pak Kardi sambil mengusap-usap kepalaku yang kuletakkan
diperutnya sambil mulutku mengemut batang kemaluan Pak Kardi yang melemas.
Kemudian Pak Kardi menarik
kepalaku, direbahkannya badanku di ranjang. Dan dibersihkannya sisa cairan
sperma ya ada disekitar mulutku dengan tangannya, ditatapnya wajahku diusapnya
pipiku. Kutatap wajahnya dan kemudian kupeluk erat badan Pak Kardi, beliau pun
juga memeluk badanku dengan eratnya.
---BAGIAN 3---
Pagi hari yang cerah
kubuka jendela dikamar, kicauan burung bersahutan; kuhirup udara yang masih
berwangi dedaunan yang di basahi titik-titik embun.
"Eh.....Dek Adit
sudah bangun.".....terdengar suara dari belakangku.
Ternyata Pak Kardi yang
menyapaku sambil tersenyum; Pak Kardi hanya mengenakan kain sarung dan atasnya
telanjang dada; rambutnya terlihat basah ternyata habis mandi.
"Selamat pagi,
Pak....." sapaku sambil tersenyum.
"Selamat pagi
juga." balas Pak Kardi.
"Mau siap-siap narik
ya, Pak ?" tanyaku sambil aku berjalan dan duduk dipinggir ranjang.
"Iya.....mau
siap-siap nih...." jawab Pak Kardi sambil menyisir rambutnya menghadap
cermin kecil tepat disebelah ranjang.
Tampak pantat Pak Kardi
yang besar membuat libidoku naik.
"Pak.......eeemm......"
kataku.
"Kenapa, Dek ?"
tanya Pak Kardi sambil membalikkan badan kearahku.
![]() |
penis Pak Kardi |
"OOooohhh........"
desah Pak Kardi.
Tampak cairan bening
keluar dari lubang penisnya dan kujilat perlahan cairan itu. Sambil tangan
kananku masih mengurutnya. Setelah cairan itu bersih, kumasukkan tonjolan
daging itu ke dalam mulutku.......kugerakkan kepalaku maju-mundur dan kedua
tanganku memegang pinggang Pak Kardi dan menuntun pinggangnya bergerak seirama
dengan kepalaku.
"Aaaahhhh......hhhh.....Dek.....Adit......"
desah Pak Kardi.
Terus kupompa penis beliau
dimulutku dan mulai kupercepat. Kedua tangan Pak Kardi memegang kepalaku
mencoba membimbing kepalaku untuk memompa penisnya. Kadang ditekannya kuat-kuat
kepalaku sehingga batang kemaluan itu masuk dalam sekali sampai pangkal
tenggorokanku.......Pak Kardi melakukannya berkali-kali. Aku tahu itu rasa yang
paling enak bila di-oral sampai masuk paling dalam.
Ooo.....aaahh....oooohhhh......aahhh.....hhh.......
Pak Kardi terus mendesah
dan ceracap......."Eenak sekali.....Dek Adit.....Ooohh....nikmat
sekali......" ....sambil terus memompa penisnya di mulutku.
Tangan kiriku memilin
puting susu Pak Kardi sedangkan tangan kananku mulai mengocok penisku sendiri
yang sudah ngaceng dari tadi dan sudah terlepas dari celanaku. Hampir duapuluh
menit berjalan.......kurasakan penis Pak Kardi mulai berkedut-kedut. Kupegang
batang penis itu dan kujilat....kukulum kepala penis itu.
Dan........
"Bapak udah mau
keluar.......ooohhh....." desah Pak Kardi.
Dengan masih kugenggam
batang penis itu, kumasukkan kepala penisnya saja.......
Crrrot......crooottt.....
"Aaarrggg.......gghhh......AAaahhh.....Ooohhhhh......."
teriak Pak Kardi.
Kulahap semua pejuh Pak
Kardi. Pak Kardi masih menggerakkan pantatnya maju-mundur.
OOooo........uuuffgghh.......gggghhhh....hhh.........
Terdengar napas Pak Kardi
agak tersengal.
"Uuffgghh........Bapak puas
banget......eehh....isepan kamu enak...." puji Pak Kardi sambil napasnya
masih tersengal.
Direbahkan badanku yang
duduk dipinggir ranjang kemudian Pak Kardi berjongkok tepat di depan kedua
pahaku yang terbuka lebar dengan batang kemaluanku yang masih berdiri tegak.
Digenggamnya penisku oleh Pak Kardi, tangan yang kasar dan agak hitam itu
begitu lembut mengocok batang kemaluanku.
"Aaaaa.....aaahhhh.....Paakkkk......eemmm....."
desahku.
Pak Kardi mulai
mempercepat gerakan mengocok penisku. Birahiku mulai memuncak, kubayangkan Pak
Kardi mengulum penisku dan "menusuk" lobang anusku dengan penisnya
yang pendek-gemuk itu.
"OOooo.......ooooohhhh.......Paakkk......"
desahku kembali sambil menggigit bibir bawahku.
"Bapak ingin memuaskanmu....Dek
Adit...." kata Pak Kardi sambil tangan kirinya mengelus-elus perutku
kemudian memilin dan meremas teteku.
Libidoku memuncak,
kupejamkan mataku............OOooohhhh.....Aaaahhh.....hhh........
Tetap kumainkan
imajinasiku, tiba-tiba kurasakan hangat di penisku....kucoba melihat ternyata
Pak Kardi sedang mengulum penisku, kuremas rambut Pak Kardi .
"Ooo.....Paakkk......terus
isep.....Paakkkk....." desahku sambil kutatap Pak Kardi mengulum, mengoral
sambil mengocok batang kemaluanku.
Penisku serasa ada sesuatu
mau mendesak keluar............
"Paakkk......Adit...udah
mau....keluaaar......Oooohhh...." ucapku.
Taklama tubuhku mengejang........
Crrrooottt......crroootttt......sebanyak
3 kali penisku menembak peju didalam mulut Pak Kardi.
Ditelannya spermaku oleh
Pak Kardi..........
"Peju kamu
enak.....gurih....." kata Pak Kardi sambil menjilat kepala penisku yang
masih melelehkan peju; seperti anak kecil menjilat es krim.
"Aaarggghhh.......gghhhhh.......Oooo....."
desahku.
Pak Kardi masih saja
menjilat "es krim"ku.
"Maafkan aku,
Pak.....Adit gak bisa nahan...." kataku sambil kutatap Pak Kardi.
"Gak papa.....Bapak
suka kok....." balas Pak Kardi sambil tersenyum.
Itulah pertama kali
pengalamanku dengan lelaki seumuran ayahku.
Bersambung..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar