Rabu, 10 Februari 2016

CERITA SERIAL-KERASNYA HIDUP DI IBUKOTA (update: 17 Feb 2016)


Inilah kisah perjalanan hidupku:
"Dek, bangun kita sudah sampai di terminal." kata seorang pria membangunkanku.
Ternyata aku tertidur di bis.
"Oh maaf, Pak....terima kasih ya sudah membangunkan saya." ucapku ke pria itu.
Kulihat paras pria ini bertubuh agak tambun.
"Sebenarnya adek ini mau kemana ?" tanya pria itu.
"Gak tau, Pak.....saya ingin merantau di Jakarta." jawabku.
"Berarti adek gak punya sodara di Jakarta.....?" tanya pria itu lagi.

"iii....iya, Pak....." jawabku.

Pria itu menatapku mungkin karna melihat sikapku yang sedikit bingung bercampur mukaku yang kusut karna baru bangun tidur.

"Kalau begitu kamu ikut aja ke rumah kami." kata pria itu.

Kemudian aku pun mengambil tas-ku dan aku mengikuti pria itu keluar dari bis. Dan kami pun berdua keluar dari bis dan berjalan kearah warung kecil yang tampak remang-remang. Disitu tampak samar seorang pria dan seorang pemilik warung.

"Baang Kardi......" panggil pria yang bersamaku kepada pria yang bertubuh tegap itu.
"Ya ada apa, Mad....." jawab pria itu.
"Ini anak gak punya sodara di Jakarta biar malam ini tidur di rumah kita dulu ya..." kata Bang Somad.

Ternyata pria yang membangunkanku bernama Somad. Lalu aku menyalami pria tinggi tegap itu....

"Namaku Adit." ucapku.
"Saya....Kardi." balasnya sambil tersenyum.
"Boleh saya menumpang di rumah Pak Kardi ?" tanyaku.
"Boleh aja tapi rumah kontrakan kami jelek banget." kata Pak Kardi.
"Ah gak apa-apa namanya juga numpang, Pak." kataku.

Kami bertiga berbincang-bincang di warung remang itu sambil aku dipesankan indomie rebus oleh Pak Kardi. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 11.55 pagi sekitar setengah jam kami berbincang sambil makan; ternyata bis ku sampai di terminal Pulo Gadung  sekitar pukul 11.20.

"Bu......biasa ya dimasukkan ke bon." kata Bang Somad kepada pemilik warung.
"Beres, Bang....." jawab pemilik warung.

Kami pun bertiga berjalan meninggalkan warung remang itu, tidak sampai sepuluh menit kami berjalan; tibalah kami disebuah rumah yang  kecil dan terlihat sedikit agak reyok. Kemudian Bang Somad membuka pintu, Pak Kardi dan aku masuk ke rumah itu.....

"Silahkan masuk.....maaf ya rumahnya kotor dan jelek." kata Pak Kardi.
"Saya yang berterima kasih sama Bapak boleh numpang." kataku.

Rumahnya tidak begitu kecil juga, pas masuk ada ruang tamu berukuran 3x2m terisi bangku rotan panjang yang sudah kusuh dan terdapat dua kamar tidur yang satu berukuran 4x3m dan yang satunya sekitar 3x2,5m. Disudut kiri rumah itu ada kamar mandi. Aku pun duduk di ruang tamu, Bang Somad langsung masuk kedalam kamarnya.

"Dek Adit boleh menginap di rumah Bapak...." kata Pak Kardi.

Disaat aku dan Pak Kardi berbincang, Bang Somad muncul hanya dengan mengenakan handuk di pinggangnya.

"Bang, saya udah kelar mandinya....." kata Bang Somad ke Pak Kardi.

Kemudian Pak Kardi pamit kepadaku......

"Bapak mandi dulu ya.....apakah dek Adit mau mandi juga ?" tanya Pak Kardi.
"Ya entar aja, Pak......." jawabku.

Pak Kardi hilang dari pandanganku, kupandang suasana dan kondisi rumah mereka, memang terbilang agak reyok namun aku mengerti pastilah mahal sewa rumah yang lebih bagus dan besar apalagi di kota sebesar Jakarta ini.

Terus aku mengamati rumah ini.......

"Eh kok bengong....." kata Bang Somad.
"Ah engga kok, Bang." jawabku sambil tersenyum.

Bang Somad mengenakan kaos singlet yang lusuh dan kain sarung berwarna biru tua kotak-kotak biru muda. Dan kami pun berdua terlibat dalam perbincangan dari yang serius sampai yang bersifat leluconan. Walaupun kondisi rumah ini boleh dikatakan kurang layak namun suasana di rumah itu begitu hangat dan penuh kekeluargaan.

Disela perbincangan kami........

"Dek Adit mandi dulu sana biar segar....." kata Pak Kardi yang baru saja selesai mandi.

Kemudian aku pamit.......

"Bang Somad, saya mandi dulu ya......." kataku.

Kamar mandinya hanya berukuran 2,5x1,5m dan kondisinya bisa ditebaklah. Setelah selesai mandi, kami pun bertiga berbincang duduk deprok dilantai. Bang Somad dan Pak Kardi menceritakan pengalaman merantaunya di Jakarta dan mereka juga memberikan nasehat-nasehat kepadaku bahwa kerasnya hidup di ibukota.

Waktu menunjukkan pukul 02.10.........

"Udah tidur yuk....dek Adit tidur sama Bapak aja ya." kata Pak Kardi.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Sedangkan Bang Somad langsung saja ngeloyor masuk ke kamarnya yang berukuran 3x2,5m. Di kamar Pak Kardi terdapat satu tempat tidur berukuran untuk dua orang dan satu lemari baju dua pintu.

"Inilah kamar Bapak." kata Pak Kardi setiba kami berdua di dalam kamar.

Kemudian Pak Kardi mempersilahkan aku untuk menaruh tasku didalam lemari bajunya. Pak Kardi berumur sekitar empat puluh delapan dimana Pak Kardi seorang sopir bis dan Bang Somad adalah keneknya.
Kami pun berdua akhirnya tidur karna lelahnya apalagi aku yang menempuh jalan cukup jauh dari daerah Jawa Tengah kampungku.

---BAGIAN 2---

Hujan rintik-rintik membasahi atas genteng rumah kontrakan Pak Kardi dan Bang Somad, sudah sekitar seminggu lebih aku tinggal bersama mereka. Aku sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Pak Kardi karna Pak Kardi di Jakarta juga sebatang kara. Dulu beliau tinggal di kampung bersama istrinya, karna menderita sakit berat akhirnya istrinya meninggal dunia. Sudah hampir sepuluh tahun Pak Kardi merantau di ibukota. Bang Somad juga mengganggap aku seperti adik kandungnya sendiri; Bang Somad masih memiliki ayah-ibu namun mereka tinggal di kampung.

Kubuka mataku menatap langit-langit kamar, kulihat disebelah kiriku Pak Kardi masih tidur dengan posisi membelakangiku. Kembali kuarahkan tatapanku ke langit-langit kamar, namun aku mendengar suara seperti isak tangis. Kuarahkan badanku ke arah Pak Kardi tepat dibelakang Pak Kardi.

Pelan-pelan tanganku memegang lengan Pak Kardi yang masih tidur membelakangiku.......

"Bapak menangis ya...?" tanyaku.

Isak tangis itu berhenti.......dan aku hanya bisa terdiam.
Pak Kardi

Tak lama Pak Kardi membalikan badan kearahku. Terlihat mata Pak Kardi masih berkaca-kaca dan hidungnya tampak merah pertanda habis menangis. Pak Kardi hanya terdiam dan mencoba tersenyum kepadaku; kutatap wajah Pak Kardi dan aku membalasnya dengan senyum juga. Lalu aku bangun lalu duduk bersila disamping Pak Kardi kemudian kupegang tangan kanannya dan sedikit  menunduk kucium tangan hitam yang kasar itu. Lalu tangan kiri Pak Kardi mengusap-usap kepalaku, terus kuciumi tangan itu. Posisi Pak Kardi terlentang dihadapanku, kudekatkan mukaku dengan muka Pak Kardi lalu kukecup keningnya.

"Aku sayang bapak.....aku pengen melayani bapak." kataku sambil tangan kananku mengelus-elus daerah sensitif Pak Kardi.

Terasa tonjolan yang lunak (yang masih tertutup kain sarung) mulai agak mengeras dan mulai kugenggam dan kugerakkan naik-turun seperti mengocok. Pak Kardi hanya terdiam dan menggigit bibir bawahnya.

Lalu kusibak kain sarung yang membelit dipinggang Pak Kardi; tampak sekarang didepanku batang kemaluan coklat tua berurat ditumbuhi beberapa rambut yang memutih. Ukurannya tidak begitu panjang namun diameternya cukup besar.

Kukocok batang kemaluan itu, terdengar desahan Pak Kardi........

Aaahhh....hhh......

Kudekatkan mulutku di batang kemaluan itu dan mulai kujilat kepala penisnya; kujilat precum yang keluar dari lubang perkencingan. Aroma cairan yang begitu khas, sambil tangan kananku kugerakkan batang penis itu naik-turun.....dengan derasnya penis Pak Kardi mengeluar precum.

"Jangan, Dek Adit.....kamu tidak boleh melakukan ini." kata Pak Kardi.
Tidak kuhiraukan perkataan Pak Kardi, malah kulahap semua penisnya hingga masuk kedalam mulutku.....naik-turun kugerakkan kepalaku terus kulakukan gerakkan itu dan semakin kupercepat.

"Ooohhh....hhhh......Aaaaahh......Dek....Adit....." desah Pak Kardi sambil menusap kepalaku.

Tangan kiriku mulai menyusup kedalam kaos singlet Pak Kardi yang lusuh, kuraih puting susu-nya dan kupilin puting susu itu bergantian kadang kuremas-remas dada Pak Kardi yang terbilang cukup besar.

"Aahhh......enak sekali....Dek Adit....." desah pelan Pak Kardi.

namaku: Adit
Terasa di dalam mulutku batang kemaluan itu berkedut-kedut, precum yang dikeluarkan cukup banyak terasa asin dan gurih. Sebenarnya sejak pertama kali aku melihat Pak Kardi, aku begitu tertarik padanya. Terus kulakukan "kewajibanku" terhadap Pak Kardi, kadang buah zakarnya kujilat hingga basah dengan liurku baik zakar yang kiri maupun zakar yang kanan; sesekali kucoba masukkan salah satu buah zakar itu kedalam mulutku secara bergantian. Setelah puas dengan buah zakar kembali "kulahap" kepala, batang hingga seluruh penis itu masuk semua kedalam mulutku.....begitu bergantian. Cukup lama aku memanjakan penis Pak Kardi dengan permainan lidahku yang liar.

"Dek....Adit.....Bapak....udah mau....keluaaa......." desah Pak Kardi desertai.....

Crot...croot....croott.....

Terasa di dalam mulutku, penis Pak Kardi menembakkan cairan sebanyak 4-5 kali sehingga rongga mulutku penuh dengan cairan sperma karna terbilang banyak sampai keluar melalui sela-sela mulutku. Kucoba jilat dan telan semua sperma Pak Kardi hingga tidak ada yang tersisa.

"Aarghhh......Ooohhh......" teriak pelan Pak Kardi sambil tubuhnya masih mengejang dan masih menyemprotkan mani-nya didalam mulutku.

Sangat banyak air mani yang dikeluarkan oleh "pistol" Pak Kardi. Setelah penis itu berhenti mengeluarkan mani, kudiamkan didalam mulutku penis itu hingga melemas.


"Terima kasih....Dek Adit...." ucap Pak Kardi sambil mengusap-usap kepalaku yang kuletakkan diperutnya sambil mulutku mengemut batang kemaluan Pak Kardi yang melemas.

Kemudian Pak Kardi menarik kepalaku, direbahkannya badanku di ranjang. Dan dibersihkannya sisa cairan sperma ya ada disekitar mulutku dengan tangannya, ditatapnya wajahku diusapnya pipiku. Kutatap wajahnya dan kemudian kupeluk erat badan Pak Kardi, beliau pun juga memeluk badanku dengan eratnya.


---BAGIAN 3---

Pagi hari yang cerah kubuka jendela dikamar, kicauan burung bersahutan; kuhirup udara yang masih berwangi dedaunan yang di basahi titik-titik embun.

"Eh.....Dek Adit sudah bangun.".....terdengar suara dari belakangku.

Ternyata Pak Kardi yang menyapaku sambil tersenyum; Pak Kardi hanya mengenakan kain sarung dan atasnya telanjang dada; rambutnya terlihat basah ternyata habis mandi.

"Selamat pagi, Pak....." sapaku sambil tersenyum.
"Selamat pagi juga." balas Pak Kardi.
"Mau siap-siap narik ya, Pak ?" tanyaku sambil aku berjalan dan duduk dipinggir ranjang.
"Iya.....mau siap-siap nih...." jawab Pak Kardi sambil menyisir rambutnya menghadap cermin kecil tepat disebelah ranjang.

Tampak pantat Pak Kardi yang besar membuat libidoku naik.

"Pak.......eeemm......" kataku.
"Kenapa, Dek ?" tanya Pak Kardi sambil membalikkan badan kearahku.

penis Pak Kardi
Kuusap perut Pak Kardi......tepat didepanku daerah sensitif Pak Kardi, dengan perlahan kulepas kain sarung nya. Kulihat wajah Pak Kardi, beliau hanya menutup matanya. Mulai kupegang batang kemaluannya....pelan-pelan ku-urut seperti mengocok lama kelamaan batang kemaluan itu mulai mengeras.

"OOooohhh........" desah Pak Kardi.

Tampak cairan bening keluar dari lubang penisnya dan kujilat perlahan cairan itu. Sambil tangan kananku masih mengurutnya. Setelah cairan itu bersih, kumasukkan tonjolan daging itu ke dalam mulutku.......kugerakkan kepalaku maju-mundur dan kedua tanganku memegang pinggang Pak Kardi dan menuntun pinggangnya bergerak seirama dengan kepalaku.

"Aaaahhhh......hhhh.....Dek.....Adit......" desah Pak Kardi.

Terus kupompa penis beliau dimulutku dan mulai kupercepat. Kedua tangan Pak Kardi memegang kepalaku mencoba membimbing kepalaku untuk memompa penisnya. Kadang ditekannya kuat-kuat kepalaku sehingga batang kemaluan itu masuk dalam sekali sampai pangkal tenggorokanku.......Pak Kardi melakukannya berkali-kali. Aku tahu itu rasa yang paling enak bila di-oral sampai masuk paling dalam.

Ooo.....aaahh....oooohhhh......aahhh.....hhh.......

Pak Kardi terus mendesah dan ceracap......."Eenak sekali.....Dek Adit.....Ooohh....nikmat sekali......" ....sambil terus memompa penisnya di mulutku.
Tangan kiriku memilin puting susu Pak Kardi sedangkan tangan kananku mulai mengocok penisku sendiri yang sudah ngaceng dari tadi dan sudah terlepas dari celanaku. Hampir duapuluh menit berjalan.......kurasakan penis Pak Kardi mulai berkedut-kedut. Kupegang batang penis itu dan kujilat....kukulum kepala penis itu.

Dan........

"Bapak udah mau keluar.......ooohhh....." desah Pak Kardi.

Dengan masih kugenggam batang penis itu, kumasukkan kepala penisnya saja.......

Crrrot......crooottt.....

"Aaarrggg.......gghhh......AAaahhh.....Ooohhhhh......." teriak Pak Kardi.

Kulahap semua pejuh Pak Kardi. Pak Kardi masih menggerakkan pantatnya maju-mundur.

OOooo........uuuffgghh.......gggghhhh....hhh.........

Terdengar napas Pak Kardi agak tersengal.

 "Uuffgghh........Bapak puas banget......eehh....isepan kamu enak...." puji Pak Kardi sambil napasnya masih tersengal.

Direbahkan badanku yang duduk dipinggir ranjang kemudian Pak Kardi berjongkok tepat di depan kedua pahaku yang terbuka lebar dengan batang kemaluanku yang masih berdiri tegak. Digenggamnya penisku oleh Pak Kardi, tangan yang kasar dan agak hitam itu begitu lembut mengocok batang kemaluanku.

"Aaaaa.....aaahhhh.....Paakkkk......eemmm....." desahku.

Pak Kardi mulai mempercepat gerakan mengocok penisku. Birahiku mulai memuncak, kubayangkan Pak Kardi mengulum penisku dan "menusuk" lobang anusku dengan penisnya yang pendek-gemuk itu.

"OOooo.......ooooohhhh.......Paakkk......" desahku kembali sambil menggigit bibir bawahku.
"Bapak ingin memuaskanmu....Dek Adit...." kata Pak Kardi sambil tangan kirinya mengelus-elus perutku kemudian memilin dan meremas teteku.

Libidoku memuncak, kupejamkan mataku............OOooohhhh.....Aaaahhh.....hhh........

Tetap kumainkan imajinasiku, tiba-tiba kurasakan hangat di penisku....kucoba melihat ternyata Pak Kardi sedang mengulum penisku, kuremas rambut Pak Kardi .

"Ooo.....Paakkk......terus isep.....Paakkkk....." desahku sambil kutatap Pak Kardi mengulum, mengoral sambil mengocok batang kemaluanku.

Penisku serasa ada sesuatu mau mendesak keluar............

"Paakkk......Adit...udah mau....keluaaar......Oooohhh...." ucapku.

Taklama tubuhku mengejang........

Crrrooottt......crroootttt......sebanyak 3 kali penisku menembak peju didalam mulut Pak Kardi.

Ditelannya spermaku oleh Pak Kardi..........

"Peju kamu enak.....gurih....." kata Pak Kardi sambil menjilat kepala penisku yang masih melelehkan peju; seperti anak kecil menjilat es krim.

"Aaarggghhh.......gghhhhh.......Oooo....." desahku.

Pak Kardi masih saja menjilat "es krim"ku.

"Maafkan aku, Pak.....Adit gak bisa nahan...." kataku sambil kutatap Pak Kardi.
"Gak papa.....Bapak suka kok....." balas Pak Kardi sambil tersenyum.

Itulah pertama kali pengalamanku dengan lelaki seumuran ayahku.


Bersambung..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar