Bagian 1
Setelah pulang dari kerjaan, ingin rasanya badan ini kurebahkan di ranjang sambil mendengarkan musik mengalun sendu, sungguh memanjakan badan sendiri merupakan kesukaanku. Namun perjalanan pulang yang melelahkan harus kutempuh terlebih dulu. Jam di tanganku menunjukkan pukul 18.45, sudah hampir dua puluh menit aku menunggu bus namun sampai saat ini belum nampak juga.
Setelah pulang dari kerjaan, ingin rasanya badan ini kurebahkan di ranjang sambil mendengarkan musik mengalun sendu, sungguh memanjakan badan sendiri merupakan kesukaanku. Namun perjalanan pulang yang melelahkan harus kutempuh terlebih dulu. Jam di tanganku menunjukkan pukul 18.45, sudah hampir dua puluh menit aku menunggu bus namun sampai saat ini belum nampak juga.
Setelah sekian menit………….
“Akhirnya datang juga…….” teriak-ku dalam hati dengan senangnya.
Lalu kunaik ke bus AC jurusan Pulogadung-Bekasi itu yang sudah berjejal dengan penumpang. Aku masuk melalui pintu depan dan sambil menyelinap akhirnya aku berdiri hampir di bagian belakang bus kira-kira sekitar 3-4 bangku ke belakang. Aku berdiri berjejal dengan penumpang yang lain, disamping kananku duduk sepasang kakek-nenek yang sudah baya. Seperti biasa aroma badan penumpang bercampur aduk, itulah suka-dukanya naik bus.
Setelah keluar tol Bekasi tak lama nenek disampingku berdiri………..
“Depan berhenti” suara nenek dengan lanta.
Lalu nenek itu turun melalui pintu belakang, kemudian kududuki bangku bekas si nenek duduk.
“Permisi, Kek” kataku.
“Ya silahkan” kata si Kakek.
Si Kakek sudah cukup tua, rambutnya sudah memutih namun terlihat sedikit dan jika diperhatikan seperti ada keturunan Arab. Kemudian kami pun saling berbincang sehingga perjalanan di bus tak terasa.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian 2
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian 2
“Depan Indomaret berhenti, Pak” teriakku.
“Permisi, Kek” kataku.
“Kakek juga turun disana, Cu” timpal si Kakek.
Akhirnya aku dan Kakek turun dari bus…………………
“Sampe juga ya, Cu….” kata Kakek.
“Iya, Kek………...oh iya, namaku Gino” balasku.
“Kalo nama saya Samsudin, panggil aja Kakek Sam” kata Kakek.
“Rumah Cucu dimana ?” tanya Kakek kepadaku.
“Rumahku di blok G, Kek” sahutku.
“Oh, rumah Kakek di blok C” timpal si Kakek.
Tak lama kami berjalan, tiba-tiba si Kakek seperti mau jatuh…………
“Eh….kenapa, Kek ?” kagetku dengan cepat kutopang badan Kakek dengan kupegang ketiaknya.
“Ah engga apa-apa, Cu……mungkin Kakek hanya kecapean” kata si Kakek.
Postur tubuh si Kakek cukup tinggi mungkin sekitar 176 cm sedangkan aku Cuma 168 cm. Sambil masih kutopang badan Kakek dan kami meneruskan berjalan kaki.
“Aku anter ya, Kakek ke rumah Kakek” kataku.
“Ah engga usah, Cu……Kakek bisa sendiri” balasnya.
“Jangan, Kek……biar aku anter Kakek khan kita satu komplek” kataku sambil tersenyum.
Kakek membalasnya dengan tersenyum tanda setuju.
Akhirnya tiba juga di rumah Kakek……kemudian aku membuka pintu yang ternyata gemboknya hanya dicantelkan dan tidak terkunci.
“Mampir dulu masuk ke dalam, Cu” kata Kakek.
“Iya, Kek………..” kataku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian 3 - TAMAT
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagian 3 - TAMAT
Setelah kami memasuki teras rumah lalu Kakek merogoh saku celananya sebelah kiri dan dikeluarkannya beberapa anak kunci kemudian dibukanya pintu depan. Keadaan rumahnya nampak sangat sepi dan rumahnya cukup besar namun tidak ada perabot seperti kursi atau sofa.
“Kakek tinggal sendirian ?” tanyaku.
“Iya…..” sahut Kakek.
Setelah kami memasukki ruang tamu…………..
“Tolong antar Kakek ke kamar ya….” Pinta Kakek.
“Baik, Kek….” Kataku sambil membopong badan Kakek.
Lalu kutuntun Kakek untuk duduk disamping ranjang kemudian kuangkat kedua kakinya perlahan ke atas ranjang. Kasihan aku melihatnya nampak seperti kecapean si Kakek kini kondisinya sedang rebahan. Dan kami sempat berpandangan dan kami saling tersenyum tanpa sengaja kuperhatikan celana panjang yang dikenakan Kakek ternyata agak basah.
“Celana Kakek basah ya ?” tanyaku.
“Iya tadi Kakek sempat gak nahan pipis, Cu” jawabnya dengan agak tersipu malu.
Iba aku melihatnya ingin menangis dalam hati rasanya melihat kondisi bapak tua yang cukup renta ini.
“Kek, sini aku lap dan gantikan celananya ya ?” kataku.
Sebenarnya aku belum pernah mengurus orang tua seperti Kakek ini tapi karena rasa iba-ku, aku memberanikan diri menawarkannya.
“Ah, jangan, Cu….nanti ngerepotin” kata Kakek.
“Engga apa-apa, Kek anggap aja aku ini cucu Kakek” timpalku sambil tersenyum dan kupegang tangannya.
“Bener nih kamu mao nolong Kakek…….” tanyanya.
“Iyalah, Kek masa aku becanda” sahutku sambil tersenyum.
Lalu Kakek membuka ikat pinggangnya dan membuka kancing celana dan resletingnya…….celananya agak bau pesing. Setelah melepaskan celana panjangnya kemudian dilepaskannya celana dalamnya berwarna putih namun sudah nampak usang dan kekuning-kuningan mungkin bekas air pipis tadi.
“Kek, dimana kain washlap….biar aku lap Kakek sebab bekas pipis nanti gatel” kataku.
Lalu Kakek menunjuk ke sebuah lemari kemudian kubuka lemari itu dan kudapati sebuah handuk kecil.
Singkat kata setelah perlengkapan nge-lap siap seperti baskom dan kain washlap…………
“Permisi ya, Kek…..” kataku permisi sebelum nge-lap Kakek.
Sambil nge-lap Kakek, kami pun berbincang-bincang…………….
Grookk….ngroookkkk…kk……….
Ternyata Kakek tertidur sementara aku masih nge-lap. Kuperhatikan wajah Kakek yang tertidur bila diperhatikan pasti waktu mudanya Kakek ganteng juga, tiba-tiba muncul libido-ku dan tanpa kusadari, aku sedang nge-lap “senjata” Kakek. Senjata yang cukup panjang dan hitam dengan kondisi belum “on”.
Detak jantungku makin….deg…deg…..seerrr…….kuperhatikan “senjata” Kakek, liurku terus mengalir. Kemudian dengan gerakan perlahan tanpa kusadari kukocok batang kemaluan Kakek. Makin terpacu birahi-ku sungguh ingin sekali kujilat dan kukulum batang kemaluan yang hitam ini.
Sambil masih mengocok penis Kakek, kulirik mataku….ternyata Kakek masih tertidur. Lalu kuberanikan kudekatkan mulutku mencium batang kemaluan Kakek sambil mengocoknya. Lama-kelamaan penis Kakek bertambah panjang dank eras, makin terangsang birahi-ku…..kujilat kepala penisnya dengan tidak sabar kumasukkan semua penis Kakek ke dalam mulutku karena cukup panjang hanya setengahnya saja yang masuk ke dalam mulutku.
Blep…..pok….pok….pok……kugerakkan mulutku naik-turun sambil mengisap penis Kakek.
Sungguh nikmat batang kemaluan ini dan merupakan kesukaanku dengan penis yang hitam. Nampak precum keluar dari lubang perkencingan Kakek, kujilat precummya cukup asin. Makin memuncaknya birahiku kupercepat mengulum dan kadang kucokok penis Kakek.
Kemudian……aahhhh…..hhhh……aargghhh……..terdengar desahan, namun tidak kuhiraukan; terus aku asyik mengulum batang kemaluan yang panjang dan hitam ini.
“Ahhh……Cu……enak sekali…….enak…….aasshhh….hhh…..arghhh…….” suara Kakek agak parau.
Mendengar desahan Kakek, makin gila aku mengulum dan berusaha kumasukkan semua batang kemaluan itu sampai hampir tersedak dan……..
“Ohhhh…….teruskan, Cu…….teruskan……..ooohhhh…………” teriak pelan Kakek.
Kujilat dari kepala penis hingga kumasukkan semua penis itu ke dalam mulutku dan tak luput juga buah pelir hitam dan berurat itu menjadi santapan lidah dan mulutku.
Cukup lama aku bermain dengan “senjata hitam” itu.
Hebat juga Kakek walaupun sudah setua itu masih bisa mengimbangi birahiku, sudah cukup sekian lama penisnya masih saja keras dan tegak berdiri.
“Cu…..Kakek udah mao ke…ke……ooohhh……..” belom selesai bicara……….
Crooottt…….crooottt…..croottt…….arghhh…..hhhh…….
.jpg)
Perlahan penis Kakek melemas namun masih tidak kulepas di dalam mulutku. Suasana menjadi hening namun hanya terdengar suara napas tersengal dari Kakek. Sesekali kulirik ke Kakek dan Kakek tersenyum sambil mengusap-usap kepalaku dan aku masih mengulum dan menjilat penisnya.
“Maafkan Kakek ya…….” katanya.
Tidak kubalas perkataan Kakek, aku masih tidak mau melepaskan nikmatnya batang kemaluan Kakek.
Itulah pengalamanku, sejak itu aku sering berkunjung ke rumah Kakek dan aku “menyantap sosis urat panjang” itu; dalam sekali berkunjung bisa 3-4 kali Kakek orgasme dan peju yang asin dan gurih itu diberikan khusus buatku. Sungguh perkasa Kakek Sam ini !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar