Senin, 01 Februari 2016

CERIGAY-TUKANG PIJIT

Namaku Didi usia 54 tahun bertempat tinggal di Flores. Perusahaan tempat aku bekerja sering mengirim aku untuk tugas keluar ke Jakarta....ya minim tiga kali dalam setahun aku ke Jakarta. Setiap ke Jakarta pasti aku dijemput oleh karyawan yang ada di Jakarta. Pernah satu kali, aku disewakan hotel di kawasan Senen dan waktu itu sudah cukup malam aku tiba di Jakarta dan langsung aku diantar ke hotel tempat aku menginap.
Lelah badanku dan setiba di kamar hotel langsung saja aku baringkan badanku di ranjang. Tak selang berapa lama, ada suara yang mengetuk pintu....Tok...tok...tok......Lalu aku membuka pintu, ternyata seorang lelaki umurnya seumur denganku.
"Bapak ingin dipijit ?" katanya kepadaku.
"Oh, bapak tukang pijit...." balasku.
"Iya." balasnya lagi.
"Berapa tarifnya, Pak." tanyaku.
Setelah dia menyebutkan tarifnya, dalam hatiku boleh lah dicoba, kebetulan badanku sedang lelah...lumayanlah kalo dipijit, lagian postur badan si tukang pijit itu cukup besar mungkin tenaganya besar juga, pikirku.
Lalu aku mempersilahkan bapak itu masuk. 
"Tapi bapak tunggu sebentar ya.....saya mau mandi dulu." kataku.
"O ya monggo, Pak." sahutnya.
Logat jawanya masih begitu kental. Lalu aku bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi aku hanya memakai celana dalam dan kututupi dengan handuk.
"Bapak ada minyak urutnya." tanyaku.
"Tenang, Pak...semuanya sudah saya sediakan, bapak hanya tinggal menikmati." balasnya.
Aku hanya tersenyum. Lalu tukang pijit itu menyuruhku tengkurap. Pijitannya lumayan dan tidak meleset dugaanku, tenaganya cukup besar dan begitu enak pijitannya. Biasanya aku dipijit oleh tukang pijit tunanetra yang lewat depan rumah. Belum pernah selama bertugas di Jakarta baru kali ini aku pijit di hotel.
"Bapak dari mana ?" tanya tukang ijit itu.
"Saya dari Flores, baru saja tiba di Jakarta." kataku.
Kami saling bercakap-cakap. Disela percakapan kami........
"Dibuka aja handuknya, Pak...sekarang bapak terlentang." katanya kepadaku.
Kemudian kami berlanjut pada pembicaraan kami berdua. Tapi makin kuperhatikan, tukang pijit ini kadang menyentuh daerah sensitifku. Namun aku coba menepis pikiran negatif dan berpikir positif.
"Dilepas saja celana dalamnya, Pak...biar bisa maksimal dipijitnya." katanya lagi. Dengan bantuannya, dia melorotkan celana dalamku. Ternyata dugaanku meleset, makin sering aja dia menyentuh batang kemaluanku. Sebagai lelaki normal wajar aja kalo disentuh-sentuh mulai "bereaksi" batang kemaluanku.
"Boleh gak saya pijit punya bapak ?" kata tukang pijit itu.
"Ah....masa, jangan ah..." balasku.
"Tidak apa-apa, Pak...sudah biasa." timpalnya.
Aku hanya menurut saja. Mulailah penisku di-urutnya naik-turun. Bercampur rasa malu dan belum pernah sebelumnya aku mengalaminya. Mataku kupejamkan. Tukang pijit itu dengan variasi memijit batang kemaluanku. Dan tiba-tiba....terasa lain.....ya ampun; batang kemaluanku di isepnya.
"Pak, apa-apaan ini...."terkejutnya aku. Dan aku coba menghindari penisku dari mulutnya.
"Saya suka sama punya bapak." sahutnya dengan santai.
"Tapi saya....." kataku. (belum selesai aku bicara).
"Bapak nikmati aja, Pak." balasnya, sambil dia memasukkan lagi penisku ke dalam mulutnya. Akhirnya aku terdiam. Tukang pijit itu begitu nafsu nya menjilat kepala penisku hingga batang kemaluanku sampe-sampe seluruh batang kemaluanku masuk kedalam mulutnya. Tanpa saadar aku mendesah juga...."Ahh...ohhh...." Nikmat juga isepan tukang pijit ini, sesekali penisku dikocoknya lalu di isepnya kembali terus berulang-ulang. Makin mengeras saja batang kemaluanku, buah zakarku tidak luput juga dari kenakalan lidah tukang pijit ini. Serasa ada sesuatu yang mao keluar dari penisku.....aaahhhh....crott...crooottttt.....air maniku muncrat di dalam mulutnnya, makin nafsu dan "ganas" tukang pijit ini saat air maniku keluar. Bagaikan orang yang kehausan dan mendapatkan sumber air, demikian setiap pejuku keluar tidak luput dari lidahnya.
"Sudah....sudah...Pak." kataku. (batang kemaluanku mulai lemas). Namun ucapanku tidak dihiraukannya, terus saja dia asyik mengisap batang kemaluanku.....oaahhhh......desahku........Setelah cukup puas "melahap" penis dan air maniku, tukang pijit itu menyeka penisku dengan tissue. Dan dia menyeka bibirnya karena masih ada pejuku.
"Kalau bapak ke Jakarta dan ingin dipijit, jangan lupa hubungi saya." katanya. Sambil dia menyerahkan kartu namanya.Aku hanya membalasnya: "Oke."
Itulah pengalaman pertamaku di pijit oleh lelaki "normal."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar